Mohamed Ould Abdel Aziz merebut kekuasaan di Mauritania melalui kudeta pada 2008. Namun, dia sepakat untuk mundur dari jabatannya dan patuh terhadap konstitusi yang mengatur masa jabatan presiden selama dua periode.
Dilansir dari laman BBC, lebih dari satu juta warga Mauritania memiliki hak pilih dalam pemilu perdana yang diikuti enam calon presiden.
Menurut laporan koresponden BBC di Afrika Bart Louise Dewast, capres favorit dalam pemilu Mauritania ini adalah Mohamed Ahmed Ould Ghazouani. Ia adalah Menteri Pertahanan Mauritania yang juga merupakan salah satu orang dekat petahana.
Beberapa kandidat dari oposisi ikut serta dalam pemilu ini, yang dipandang sejumlah pihak sebagai perkembangan positif dalam demokrasi di Mauritania. Sebelumnya, oposisi selalu menolak untuk mengikuti proses demokrasi.
Komisi Elektoral Mauritania menjanjikan pemilu bebas dan adil. Beberapa elemen dari kubu oposisi Mauritania menilai pemilu perdana ini lebih menguntungkan partai berkuasa.
Isu utama semasa kampanye di Mauritania adalah standar hidup warga. Keenam capres sama-sama berjanji akan menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Mauritania.
Perbudakan juga menjadi salah satu isu dalam kampanye. Mauritania adalah negara terakhir di dunia yang secara resmi menghapus perbudakan pada 1981, namun tetap berlanjut hingga saat ini.
Aturan hukum yang dapat menjerat pelaku perbudakan di Mauritania telah disahkan pada 2007. Namun hingga saat ini, aturan tersebut belum benar-benar ditegakkan.
Setelah Mauritania merdeka dari Prancis pada 1960, presiden pertama di negara tersebut berkuasa selama 18 tahun, sebelum akhirnya terguling dalam kudeta militer. Beberapa kudeta terjadi lagi pada 1984, 2005 dan 2008.
Jika pemilu Mauritania hari ini berakhir tanpa ada pemenang absolut, maka putaran kedua akan digelar pada 6 Juli mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id