Kekhawatiran bahwa Satuan Tugas Operasi Khusus Gabungan Koalisi menjadi semakin terkepung oleh sejumlah unit pasukan Suriah dan Rusia begitu mencekam, hingga sebagian mendorong gencatan senjata lima hari dinegosiasikan oleh Wakil Presiden AS Mike Pence dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Pasukan khusus Amerika, Inggris, dan Prancis terpaksa meninggalkan pangkalan operasi yang dikosongkan di selatan Kobani, hanya beberapa jam setelah pasukan Rusia mengobrak-abrik pangkalan kontraktor AS yang ditinggalkan di dekatnya.
Secara terpisah, sekitar 50 personel Inggris, termasuk SAS, terjebak di sebuah pabrik semen Kobani yang digunakan untuk melakukan operasi bersama melawan militan Islamic State (ISIS) yang tersisa.
Perwira senior Inggris di Irak, Mayor Jenderal Gerald 'Gez' Strickland, mantan perwira Gurkha, dan wakil komandan pasukan Koalisi regional, telah diberitahu tentang situasi tersebut.
Rencana untuk mengevakuasi tentara menggunakan pesawat C-130 Hercules tertahan setelah pertempuran antara pasukan Kurdi dan milisi yang didukung Turki memaksa komandan AS menghubungi Pentagon.
"Tidak ada yang punya kesempatan untuk keluar dari Suriah dalam urutan yang seimbang dan masuk akal," kata sumber militer senior, disiarkan dari Daily Express, Senin 21 Oktober 2019.
Pasukan AS memiliki puluhan kendaraan tahan ranjau MRAP dengan komunikasi canggih yang perlu diterbangkan.
Material yang tersisa perlu dihancurkan oleh pesawat tempur AS untuk menghindari pangkalan itu menjadi basis pasukan Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News