Sejumlah pengamat menilai kedua kubu bertikai di Suriah sengaja menjadikan kelaparan sebagai alat perang. Muncul pula laporan adanya pasukan rezim yang sengaja menghalang-halangi truk bantuan untuk memasuki kota yang dikuasai pemberontak, salah satunya Madaya.
Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar al-Ja'afari membantahnya.
"Pemerintah Suriah tidak pernah menghentikan konvoi bantuan kemanusiaan," tegas Ja'afari, seperti dilansir CNN, Selasa (12/1/2016). "Malah sebaliknya, kami mengirim banyak konvoi dan juga meminta PBB untuk mengirim lebih banyak lagi."
Ja'afari mengatakan selama ini pihaknya selalu meminta pengiriman bantuan darurat terhadap warga yang membutuhkan. Ia membantah menjadikan kelaparan sebagai alat perang. Bahkan, ia juga menuding berita adanya kelaparan parah di Madaya hanya dibuat-buat pihak tertentu.
"Masalahnya adalah teroris kerap mencuri bantuan kemanusiaan dari Syrian Red Crescent dan juga dari PBB," tutur Ja'afari.
Saat ditanya mengenai pembelaan Ja'afari, Stephen O'Brien yang menjabat Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB, mengatakan pihaknya telah menerima "banyak laporan mengenai orang-orang yang kelaparan atau sudah meninggal karena kelaparan."
"Saya dapat mengatakan kepada Anda semua kami telah mengonfirmasi adanya malnutrisi ekstrem yang dialami semua orang dalam semua rentang usia," ujar O'Brien.
Pada Senin, gelombang pertama bantuan asing akhirnya mencapai Madaya. Warga Madaya menangis senang saat melihat konvoi truk bantuan yang memasuki jalanan tempat tinggal mereka.
Berdasarkan laporan kantor berita SANA, 65 truk berisi bantuan darurat telah memasuki Madaya dan dua kota lainnya yang dilanda hal serupa, yakni Foua dan Kefraya.
"Rasanya sangat menyayat hati saat melihat begitu banyak orang yang kelaparan," kata Sajjad Malik, perwakilan UNHCR di Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id