"Mundurnya PM Lebanon tidak ada hubungannya dengan Arab Saudi. Lebanon harus menyelesaikan masalah politik negaranya," ucap Dubes Al Shuaibi kepada awak media di Jakarta, Rabu 15 November 2017.
Dubes Al Shuaibi juga menampik bahwa Arab Saudi tidak memperbolehkan Hariri untuk kembali ke Lebanon.
"Itu tidak benar. Sama sekali kami tidak melarang. Silahkan Hariri ingin pergi ke negara mana dan saya dengar beberapa hari lagi ia akan kembali ke Lebanon," ucap dia lagi.
Hariri, yang memegang kewarganegaraan ganda yakni Lebanon dan Arab Saudi, menuduh Iran dan Hizbullah mengambil alih negaranya dan mendestabilisasi wilayah yang lebih luas lagi.
Sementara itu, Pimpinan Hizbullah Hassan Nasrallah, yang gerakannya merupakan bagian dari pemerintahan Hariri namun didukung oleh Iran, mengatakan bahwa Hariri ditahan di Arab Saudi dan dilarang kembali ke Lebanon.
Sejumlah pejabat di Lebanon juga mengatakan bahwa pengunduran diri Hariri tidak diterima karena dilakukan di Riyadh. Arab Saudi juga menuduh Hizbullah dan Iran mendukung pemberontak Syiah di Yaman yang dikenal dengan Houthi.
Sejak pesawat Hariri mendarat di Arab Saudi pada 3 November kemarin, tidak ada penyambutan yang dilakukan Arab Saudi. Kabarnya, ponsel Hariri disita, dan keesokan harinya ia terpaksa mengundurkan diri sebagai PM.
Langkah tersebut mendorong Lebanon kembali ke garis depan sebuah perjuangan yang membentuk kembali Timur Tengah, antara kekuasaan monarki Sunni Saudi dan Syiah Iran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News