Aksi bertajuk "Gerakan Satu Juta Orang" ini merupakan bentuk protes kubu oposisi terhadap militer Sudan yang menolak menyerahkan tongkat kepemimpinan ke tokoh sipil usai jatuhnya presiden Omar al-Bashir.
Asosiasi Profesional Sudan (SPA) "mengecam keras tindakan represif" pemerintah dan bertekad akan meneruskan rencana demonstrasi besar-besaran.
Kepala koordinator aksi protes Ahmed al-Rabie mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pasukan paramiliter RSF membubarkan konferensi pers SPA yang digelar pada Sabtu 29 Juni. Konferensi pers itu bertujuan memberikan informasi kepada media terkait rencana aksi massa.
"Gerakan Satu Juta Orang" ini akan menjadi demonstrasi massal pertama sejak puluhan orang tewas ditembak militer Sudan dalam unjuk rasa pada 3 Juni lalu.
"Sebelum kami dapat memulai konferensi pers, tiga kendaraan dari RSF yang berisi banyak prajurit bersenjata datang dan meminta kami untuk bubar," kata al-Rabie, disitir dari laman BBC.
"Semua orang di gedung itu diperintahkan untuk membubarkan diri," lanjutnya.
Sebelumnya, Dewan Militer Sudan menolak gagasan Ethiopia untuk menyelesaikan krisis terkini antara warga sipil dan militer. Krisis kepemimpinan di Sudan ini telah menyebabkan kerusuhan selama kurang lebih satu bulan.
Ethiopia mengusulkan adanya pembentukan dewan kedaulatan yang terdiri atas 15 anggota --tujuh dari militer dan tujuh dari sipil-- dan satu warga sipil independen yang diangkat melalui konsultasi antara Dewan Militer dan aliansi oposisi.
Baca: Militer Sudan Tolak Gagasan Ethiopia Selesaikan Krisis
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) telah menggelar rapat darurat secara tertutup terkait situasi di Sudan. Rapat ini diinisiasi oleh Jerman dan Inggris.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun menyerukan negosiasi untuk peralihan kekuasaan secara damai. Ia khawatir, situasi di Sudan akan memakan lebih banyak korban sipil jika dibiarkan begitu saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News