Dalam operasi tersebut, militer Chad juga menghancurkan 40 kendaraan pemberontak dan menyita ratusan senjata. Prancis, yang memberikan dukungan militer terhadap Chad, menggunakan pesawat tempur dalam menyerang ratusan pemberontak tersebut di wilayah Ennedi.
Kamis kemarin, Prancis mengaku telah menyerang sejumlah kendaraan di Ennedi. Serangan tersebut dikoordinasikan dengan operasi militer Chad.
Menurut laporan kantor berita AFP, ratusan pemberontak berhasil menyeberang dari Libya ke wilayah Chad beberapa hari lalu. Namun, mereka semua berhasil dicegat militer Chad dengan dibantu Prancis.
Menyeberangnya ratusan pemberontak adalah bagian dari serangkaian ancaman terhadap pemerintah Chad di bawah Presiden Idriss Deby.
Pasukan Prancis berada di Chad sebagai bagian dari Operasi Barkhane -- sebuah upaya koalisi dalam memerangi ekstremis di wilayah Sahel, Afrika.
Prancis menguasai Chad sebagai sebuah koloni dari 1900. Chad akhirnya merdeka pada 1960.
Sebuah koalisi pemberontak bernama Serikat Pasukan Resistensi (UFR) mengaku sebagai dalang di balik konvoi ratusan militan dari Libya. Aliansi ini terdiri dari beberapa grup pemberontak yang ingin menggulingkan Presiden Deby.
Setelah mengumumkan penangkapan 250 pemberontak, militer Chad mengaku akan melanjutkan operasi mereka di Ennedi.
Presiden Deby berkuasa sejak 1990 lewat sebuah kudeta. Tahun lalu, parlemen Chad menyetujui konstitusi baru yang akan memperluas kekuasaan presiden dan dapat membuat Deby tetap berkuasa hingga 2033.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News