Kecaman Presiden Turki itu terjadi ketika gencatan senjata yang disepakati bulan ini tampaknya berada di bawah tekanan berat. Masing-masing pihak menuduh pihak lain melakukan pelanggaran.
Dikutip dari Libyan Express, Kamis 30 Januari 2020, pasukan Haftar sudah berkali-kali melanggar perjanjian gencatan senjata dengan menembaki Bandara Mitiga tiga kali, dan menyerang kota Abu Grein di dekat Sirte dan Misrata serta menembaki daerah pemukiman di Tripoli. Serangan terakhir menewaskan empat anak pada Selasa di lingkungan Hadba di Tripoli.
Sebuah konferensi yang diadakan oleh Jerman beberapa hari setelah gencatan senjata telah mendesak penghentian pertikaian untuk membuka jalan bagi berakhirnya konflik. Tetapi Haftar belum memegang janji akhir dari kesepakatan.
"Haftar, saat ini, seperti raja gurun di Libya," kata Erdogan kepada wartawan dalam penerbangan dari Aljazair ke Gambia, menurut transkrip dari pernyataannya yang diterbitkan oleh kantornya.
"Dia memiliki kendali di daerah gurun tetapi tidak di daerah berpenduduk," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News