Di ibu kota Tripoli, dan di beberapa kota besar lainnya di Libya, ribuan orang memadati lapangan publik untuk menghadiri konser musik serta festival lainnya yang digelar pemerintah.
Libya jatuh ke jurang kekacauan setelah pemberontakan terhadap Kadhafi. Tergulingnya Kadhafi memicu perebutan kekuasan antar faksi militer, grup etnis dan ekstremis di Libya.
Perjanjian pembentukan pemerintahan bersatu di Libya yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2015 bertujuan mengakhiri kekacauan. Namun, Libya masih tetap terpecah antara pemerintahan bersatu GNA dan rivalnya yang dimotori tokoh militer Khalifa Haftar.
GNA gagal menggenggam kekuasan penuh di seantero Libya, yang juga dilanda serangkaian serangan teror serta krisis keimigrasian.
Seperti dikutip AFP, Perdana Menteri Libya Fayez al-Sarraj mengakui kelemahan di pemerintahannya dalam sebuah pidato di televisi. Ia menyerukan adanya rekonsiliasi nasional agar kekacauan di Libya dapat diakhiri.
Menurut Sarraj, rekonsiliasi nasional adalah kunci utama dari solusi perpecahan di Libya.
Ia menuduh beberapa negara, tanpa menyebutkan namanya, telah "memperkeruh" konflik di Libya. Sarraj meminta negara-negara itu untuk berhenti mengintervensi urusan dalam negeri Libya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News