Pengamat Hubungan Internasional, Dinna Prapto Raharja mengatakan, Presiden Jokowi dinilai memiliki tanggung jawab besar dan menjamin Kongres Tingkat Tinggi (KTT) G20 berjalan lancar. Selain itu untuk memastikan kerja sama ekonomi yang kemudian memberikan jaringan pengaman bagi negara-negara berkembang yang sedang menghadapi krisis ekonomi dan krisis pangan akibat dari ketidakpastian politik global.
“Presiden Joko Widodo punya tanggung jawab besar di tahun ini dan tahun depan, padahal situasinya memprihatinkan. Tahun ini masih ada tanggung jawab menjamin KTT G20 berjalan lancar dan konstruktif. Syukur-syukur ada kesepakatan kerja sama ekonomi yang memberi jaring pengaman bagi negara-negara berkembang melaju melalui ketidakpastian politik global, misalnya terkait pasokan pangan, energi, obat-obatan,” kata Dinna Prapto saat dihubungi, Jumat, 22 Juli 2022.
Baca: Jokowi Akan Kunjungi 3 Negara di Asia Timur |
Pendiri lembaga Synergy Policies menilai ancaman krisis ekonomi akibat perang dan ketegangan antara Rusia dan negara-negara barat belum dipastikan ujungnya. Oleh karena itu Presiden Jokowi harus mengambil langkah cepat dengan membangun kerja sama ekonomi dengan tiga negara kuat di Asia ini.
“Kalau dilihat pertemuan para menteri luar negeri G20, belum ada nada-nada untuk kerja sama tersebut muncul, sepertinya justru semua harus bersiap melalui masa-masa resesi sampai akhirnya negara-negara Barat dan Rusia punya kesepakatan menghentikan perang,” ucapnya.
“Alhasil mau tak mau, negara-negara yang tidak bertikai langsung perlu dijajaki posisinya lebih lanjut antara lain tiga negara yang dikunjungi Presiden Joko Widodo,” jelasnya.
Pengajar di Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta ini melanjutkan, Presiden Jokowi juga punya tanggung jawab besar ke depan setelah KTT G20 di Bali, yakni akan ada dua KTT yang sama di ASEAN. Oleh karena itu, langkah Presiden Jokowi menjajaki tiga negara Asia Timur ini sangat tepat.
“Tahun 2023, Presiden Joko Widodo juga punya tanggung jawab besar lain yaitu menavigasi ASEAN sebagai ketua di mana akan ada 2 kali KTT. Bisa dibayangkan peliknya ASEAN kalau tidak dijajaki sejak sekarang bagaimana posisi negara-negara mitranya yang terdekat,” ungkapnya.
“Itu juga agenda lain yg menurut saya melatarbelakangi kunjungan ini, selain tentunya agenda bilateral sebagaimana disebutkan Menlu Retno Marsudi,” pungkas Dinna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News