Ilustrasi Metrotvnews.com
Ilustrasi Metrotvnews.com

17 Orang Tewas Berdesakan di Stadion Angola

Arpan Rahman • 11 Februari 2017 11:36
medcom.id, Uige: Setidaknya 17 penggemar sepakbola tewas karena berdesak-desakan di sebuah stadion di Angola utara. Sementara puluhan penonton lainnya terluka, banyak di antaranya cukup serius.
 
Kepanikan menjalari kerumunan penonton pertandingan di kota Uige antara Santa Rita de Cassia dan Recreativo de Libolo di musim liga domestik Angola.
 
"Ada yang terhalang di pintu masuk ke Stadion 4 Januari, sulit bergerak menyebabkan beberapa korban jiwa -- 17 kematian, dan 56 luka-luka di rumah sakit," kata juru bicara polisi Orlando Bernardo kepada AFP.
 
Dia menambahkan bahwa ada anak-anak di antara yang tewas. Sementara rumah sakit sudah merawat mereka yang terluka.
 
Polisi mengatakan, ratusan fans mencoba memasuki stadion yang sudah penuh demi menyaksikan pertandingan. Menyebabkan himpitan, hingga beberapa orang jatuh ke tanah. Banyak yang tewas terinjak-injak atau mati lemas.
 
"Sementara para pemain di lapangan, penggemar di luar mencoba masuk ke stadion dan pintu gerbang mungkin dibuka lalu menghamburlah kerumunan, menyebabkan beberapa orang jatuh diinjak-injak oleh kerumunan," kata klub Recreativo de Libolo dalam pernyataan di situsnya.
 
"Ada 17 yang sudah dipastikan tewas dan sedikitnya 59 terluka, inilah tragedi tanpa preseden dalam sejarah sepakbola Angola," bubuhnya seperti dilansir AFP, Sabtu 11 Februari 2017.
 
Pengendalian Massa
 
Beberapa saksi mata berkata, banyak fans tidak memiliki tiket pertandingan. Sedangkan laporan lain mengatakan bahwa penonton di dalam stadion tidak menyadari menginjak korban sampai pertandingan selesai.
 
Kantor berita Portugis, Lusa, melaporkan bahwa presiden tim tuan rumah, Santa Rita de Cassia berbasis di Uige, mengatakan pasukan keamanan yang harus disalahkan karena tidak benar mengendalikan massa.
 
"Ada kesalahan polisi yang serius membiarkan orang-orang begitu dekat dengan lapangan," kata Pedro Nzolonzi. 
 
"Banyak dari mereka tidak ingin membayar dan mereka yang memiliki tiket tidak bisa masuk. Kemudian keonaran dimulai," katanya, menurut kantor berita tersebut.
 
"Ini semua kesalahan polisi. Mudah untuk menghindari musibah ini. Mereka hanya perlu memperpanjang barisan keamanan," lanjutnya.
 
Pemerintah sudah meminta investigasi penyebab bencana, kata kantor berita pemerintah, Angop. Angola, urutan 148 dalam peringkat dunia FIFA, hanya kekuatan kecil dalam sepakbola Afrika. Negara ini relatif tertutup dari dunia luar di bawah Presiden otoriter Jose Eduardo dos Santos yang telah memerintah sejak 1979.
 
Sepakbola memiliki sejarah tragis berdesak-desakan dan kematian penonton, sering terjadi karena kurangnya pengendalian massa, tempat menonton rentan bahaya, dan perilaku penonton sendiri.
 
Pada 2009, abainya pengendalian massa di Abidjan menyebabkan 19 tewas sebelum kualifikasi Piala Dunia 2010 antara tuan rumah Pantai Gading dan Malawi. Desakan dan injakan di Stadion Olahraga Accra di Ghana pada 2001 mengakibatkan 127 kematian.
 
Pada pertandingan itu, pendukung marah dengan kekalahan tim mereka, melemparkan proyektil, dan menghancurkan kursi. Polisi melemparkan granat gas air mata, lalu memicu penyerbuan.
 
Pada Mei 1964, 320 orang tewas dan lebih dari 1.000 terluka saat penyerbuan pada pertandingan Peru-Argentina di Stadion Nasional Lima. Fans yang tidak bisa melarikan diri terhimpit dan terinjak-injak atau sesak napas.
 
Inggris merenovasi stadion-stadion sepakbola setelah 56 orang tewas dalam kebakaran di sebuah tempat duduk kayu pada 1985 dan 96 pendukung Liverpool tewas terhimpit selama semifinal Piala FA pada 1989.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan