Pasukan yang bersekutu dengan Dewan Transisi Selatan (STC) yang didukung Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan, mereka telah menguasai kamp militer dan istana presiden. Pemerintah mengatakan itu adalah kudeta.
Tindakan itu telah mematahkan koalisi pimpinan Arab Saudi yang melawan pemberontak Houthi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Koalisi menyerukan gencatan senjata langsung di kota dan mengatakan akan menggunakan kekuatan militer terhadap siapa pun yang melanggarnya,” sebut kantor berita Arab Saudi, SPA melaporkan, seperti dikutip BBC, Minggu, 11 Agustus 2019.
Para separatis menyetujui gencatan senjata, yang mulai berlaku pada Minggu pagi.
Kota pelabuhan Aden telah menjadi basis sementara pemerintahan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi. Presiden sendiri berbasis di ibu kota Arab Saudi, Riyadh.
Seorang pejabat dengan milisi Sabuk Keamanan separatis mengatakan kepada AFP bahwa mereka merebut istana presiden pada Sabtu tanpa perlawanan.
"Dua ratus tentara dari Pengawal Presiden diberikan jalan keluar yang aman dari istana," kata pejabat itu.
Seorang saksi mata mengkonfirmasi kepada kantor berita bahwa kompleks itu telah diserahkan. Para pejabat mengatakan para separatis juga telah menguasai rumah menteri dalam negeri dan barak militer milik pasukan Hadi.
"Ini sudah berakhir, pasukan (Dewan Transisi Selatan) mengendalikan semua kamp militer," kata seorang pejabat di pemerintahan Hadi.
Kementerian Luar Negeri Yaman menggambarkan pengambilalihan itu sebagai ‘kudeta terhadap institusi pemerintah yang diakui secara internasional’.
UEA, yang telah mempersenjatai dan melatih ribuan pejuang separatis selatan, sebelumnya menyerukan ketenangan dan fokus baru untuk memerangi Houthi yang didukung Iran, yang mengambil alih ibukota Sanaa pada 2014.
(FJR)