Dalam video yang rilis pada Minggu 14 Januari 2018, Syekh Abdullah bin Ali Al Thani mengatakan dirinya menjadi "seorang tahanan" di ibu kota UEA, Abu Dhabi. Ia berkata jika terjadi sesuatu kepada dirinya, "Syekh Mohammed" adalah orang yang harus dimintai pertanggungjawabannya.
Tanpa menjelaskan detailnya, Syekh Abdullah tampaknya merujuk kepada Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed.
"Saya saat ini berada di Abu Dhabi. Saya menjadi tamu Syekh Mohammed. Tapi saya bukan lagi tamu, saya adalah tawanan," kata Syekh Abdullah dalam video yang beredar luas di media sosial.
"Mereka mengatakan kepada saya supaya tidak pergi, saya khawatir ada yang bisa terjadi pada saya, dan orang-orang Qatar akan disalahkan. Jadi saya hanya ingin memberi tahu Anda bahwa jika terjadi sesuatu pada saya, orang-orang Qatar tidak bersalah," tambah dia.
"Saya adalah tamu Syekh Mohammed dan jika terjadi sesuatu pada saya setelah ini, dia bertanggung jawab sepenuhnya," cetusnya seperti dikutip Al Jazeera, Senin 15 Januari 2018.
Syekh Abdullah merupakan anak seorang emir Qatar dari era 1960-an, Syekh Ali bin Abdullah Al Thani. Dia hilang dari perhatian selama beberapa dekade, namun tiba-tiba menjadi terkenal pada musim panas lalu, ketika krisis diplomatik terjadi di kawasan Teluk.
Setelah Arab Saudi dan beberapa negara lainnya memblokade kepada Qatar pada Juni, Syekh Abdullah sering tampil di program televisi Saudi dan UEA. Ia mengungkapkan pandangannya dalam mendukung tindakan Arab Saudi dan kawan-kawan terhadap Doha.
Majed al-Ansari, seorang profesor di Universitas Qatar, mengatakan bahwa penahanan Sheikh Abdullah dapat dilihat sebagai bagian dari "tren perilaku" yang lebih luas oleh Arab Saudi dan UEA, dalam berurusan dengan tokoh Arab yang memiliki pengaruh.
Pada November, pejabat Lebanon menuduh bahwa Perdana Menteri Saad Hariri disandera oleh pemerintah Arab Saudi.
Hariri muncul di televisi dari Arab Saudi pada 4 November mengumumkan pengunduran dirinya. Namun dia membatalkan pengunduran dirinya itu saat kembali ke negaranya.
Mantan Perdana Menteri Mesir Ahmed Shafik merilis sebuah video serupa pada November. Katanya bahwa dia dilarang meninggalkan UEA, tempat dia bermukim sejak 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News