Menurut keterangan pejabat setempat, bentrokan sporadis terjadi di timur Kota Laut Merah itu, meskipun ada kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan pada tengah malam waktu setempat. Gencatan senjata ini amat penting, karena Hodeida adalah kota pelabuhan berfungsi sebagai pintu gerbang penting bagi bantuan kemanusiaan.
PBB mengatakan pada Senin bahwa kesepakatan itu akan dilaksanakan pada tengah malam, meskipun kesepakatan yang dicapai di Swedia diumumkan pada Kamis antara Pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi dengan Pemberontak Houthi.
“Sesaat sebelum perjanjian itu berlaku pada Senin, Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional menyerukan pasukannya untuk ‘berhenti melepaskan tembakan di Provinsi Hodeida,” menurut pernyataan Pemerintah Yaman yang diterima oleh AFP, Selasa, 18 Desember 2018.
Para pemberontak Houthi juga mengatakan akan berkomitmen pada perjanjian itu. Namun dengan adanya baku tembak ini, mengubah kondisi saat ini.
Yaman yang miskin telah terperosok dalam pertempuran antara pemberontak Houthi dan pasukan yang setia kepada Presiden Abedrabbo Mansour Hadi sejak 2014.
Perang meningkat pada 2015 ketika koalisi militer Arab Saudi melakukan serangan untuk mengembalikan kekuasaan Presiden Hadi yang direbut Houthi.
Konflik itu telah membunuh hampir 10.000 orang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia. Tetapi beberapa kelompok hak asasi manusia yakin jumlah korban jauh lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News