Mereka juga mengaku belum mengetahui siapa pelaku penyerangan. Namun, diduga kuat adalah koalisi AS, Prancis, dan Inggris.
"Kami tidak tahu untuk saat ini, jika koalisi internasional pimpinan AS atau pasukan Irak melakukan penyerangan," ujar kelompok pengawasan hak yang berbasis di Inggris tersebut.
Laman Middle East Monitor pada Rabu, 2 Mei 2018 melaporkan, Kementerian Luar Negeri Suriah mengumumkan pasukan dukungan AS telah meluncurkan serangan untuk merebut wilayah yang dikuasai Islamic State (ISIS) di perbatasan Irak.
"Pasukan heroik kami akan membebaskan daerah-daerah ini dan mengamankan perbatasan. Kami menyambut dukungan pasukan Irak," ucap juru bicara pasukan dukungan AS, Lilwa Al-Abdallah.
Sementara itu, pada Senin lalu, Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan negaranya tidak akan menarik pasukan dari Suriah kecuali terjadi perdamaian di seantero negeri.
"Kami tidak ingin menarik diri sebelum para diplomat memenangkan perdamaian. Jadi Anda harus memenangkan pertarungan dan kemudian tercapai perdamaian," ucap Mattis di Pentagon.
Pengumuman ini muncul usai pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump yang menginginkan adanya kehadiran AS di masa depan wilayah tersebut.
Serangan koalisi AS ini bukan sekali terjadi. Pada 14 April lalu, koalisi ini menyerang pangkalan militer Suriah di Damaskus. Menurut mereka, serangan tersebut dilakukan untuk memusnahkan senjata kimia Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News