Protes telah mencekam Baghdad dan menyebar sejak Selasa ke provinsi Irak selatan. Sejauh ini, 28 orang dilaporkan tewas, termasuk seorang polisi. Total korban dikhawatirkan bisa lebih tinggi.
Pemutusan internet tidak menghentikan protes, tetapi telah menyebabkan mereka menjadi lebih tidak terorganisir dan fokus di sejumlah distrik Baghdad jauh dari pusat kota.
Para pengunjuk rasa di kubu kelas pekerja Syiah di Kota Sadr di Baghdad timur menyerang kantor-kantor pemerintah setempat dan membakar markas besar partai Dawa.
Dokter mengatakan sekitar 600 orang terluka pada Kamis saja, sebagian besar kena peluru karet yang ditembakkan di leher atau dada.
Sumber mengatakan bahwa ribuan orang dari Kota Sadr telah mulai pawai menuju Lapangan Tahrir pada Kamis malam, yang sebelumnya menjadi fokus utama para demonstran.
Jam malam juga diberlakukan di kota-kota di pelbagai provinsi Syiah di selatan Baghdad. Para pejabat medis Irak mengatakan 10 orang tewas di Irak selatan.
Sementara Iran menutup perbatasan dengan Irak, menyebut "situasi buruk" di negara tetangganya. Seorang pejabat Irak mengatakan perbatasan Khesro di provinsi timur Diyala akan tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
"Saya berada di Lapangan Tahrir berbicara dengan para pemrotes dan mereka menyampaikan semua tuntutan yang dibuat sejak 2003," kata Hiwa Osmam, seorang komentator Irak.
"Melawan korupsi, partai politik, sistem kuota (untuk berbagai sekte dan kelompok etnis), kurangnya pendidikan, masalah kesehatan, dan pekerjaan," sambungnya, dikutip dari Independent, Jumat 4 Oktober 2019.
Sebagian besar demonstran berusia 20 tahun ke bawah, yang berarti mereka terlibat dalam jatuhnya Saddam Hussein pada 2003.
Pemberontakan tidak memiliki kepemimpinan yang jelas, kecuali di tingkat lokal, yang berarti pemerintah tidak memiliki siapa pun untuk diajak bicara, bahkan jika mereka mau.
Ketua Parlemen Mohammed al-Halbusi mengundang perwakilan para pengunjuk rasa datang ke parlemen membahas tuntutan mereka, media pemerintah melaporkan pada Kamis. Tetapi tidak jelas kepada siapa undangan itu ditujukan.
Moqtada al-Sadr, ulama nasionalis populis, yang pengikutnya memainkan peran sentral dalam protes di tahun-tahun sebelumnya, telah mencuit bahwa ia mendukung gerakan. Tetapi ‘tidak ingin mempolitisir’, dan tidak secara langsung meminta pengikutnya untuk ambil bagian . Dia mungkin sangat sadar bahwa keterlibatan pengikutnya dapat mengasingkan banyak pemrotes potensial lainnya.
Para demonstran tampaknya memiliki dukungan kuat di antara semua lapisan masyarakat, mulai dari distrik kumuh Syiah kelas pekerja di Baghdad timur, hingga dokter dan insinyur yang mengirimkan pesan dukungan.
Jalanan hampir sepi, hanya bus lewat sesekali, yang mungkin digunakan pasukan keamanan. Sejauh ini pemberontakan terbatas di sebagian Syiah di Baghdad, dan kota-kota Syiah, tetapi ada pembicaraan mengenai demonstrasi di kota Sunni, Mosul, pada Jumat.
Jumat kemungkinan akan menjadi momen penting bagi protes, karena hari tradisional untuk demonstrasi. Sejauh ini reaksi berlebihan pemerintah berhasil mengubah kerumunan kecil-kecilan melawan pemerintah menjadi gerakan massa, yang sulit ditentang.
Motif tindakan garis keras pemerintah itu misterius, spekulasi beredar bahwa Perdana Menteri Adil Abdul-Mahdi sedang dinasihati oleh para perwira militer pembisiknya, tanpa pemahaman tentang politik Irak.
Pemerintah telah membuat sedikit pernyataan pendamaian, atau konsesi, dan wartawan Irak mengatakan bahwa para pejabat gagal mengingat seruan mereka sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News