Intensitas protes yang berlangsung sejak Selasa 1 Oktober terus meningkat meski Pemerintah Irak telah memutus akses internet dan juga memberlakukan jam malam.
Sebagian besar tuntutan demonstran adalah penyediaan lapangan pekerjaan, perbaikan layanan publik serta pemberantasan korupsi di jajaran pemerintah.
Saat jam malam di Baghdad berakhir pada Sabtu pagi, puluhan pedemo berunjuk rasa di sekitar gedung Kementerian Perminyakan Irak. Seorang juru kamera AFP di lokasi mengatakan beberapa pengunjuk rasa terkena peluru tajam yang ditembakkan polisi.
Pasukan keamanan membubarkan aksi protes utama di luar Kementerian Perminyakan Irak. Setelah itu, mereka melakukan operasi pencarian dari rumah ke rumah.
Lima demonstran di Baghdad tewas dalam bentrokan dengan petugas, yang menjadikan total korban sejak Selasa kemarin mencapai 99. Data terbaru disampaikan Komisi Hak Asasi Manusia Irak.
Komisi HAM Irak mengatakan sebagian besar korban tewas berada di Baghdad. Sementara 250 orang lainnya yang berada di ibu kota sedang dirawat di rumah sakit akibat terkena tembakan dari penembak jitu.
"Kami meminta klarifikasi dari Pemerintah Irak mengenai mereka yang terluka akibat terkena tembakan penembak jitu," ujar Komisi HAM Irak.
Ribuan pedemo juga membanjiri beberapa gedung pemerintah di kota Diwaniyah dan Nasiriyah. Petugas keamanan sempat menembakkan tembakan peringatan ke udara untuk membubarkan massa.
Parlemen Irak sempat hendak menggelar rapat sesi darurat, namun jumlah kuorumnya tidak mencapai batas minimal. Rapat tidak dihadiri banyak anggota parlemen karena diboikot oleh ulama ternama Moqtada al-Sadr dan sekutunya.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi menilai seruan para pengunjuk rasa agar pemerintah serius memberantas korupsi adalah tindakan yang "benar."
"Aspirasi kalian semua untuk menuntut adanya reformasi serta perang melawan korupsi telah sampai ke telinga kami," ujar PM Abdul-Mahdi dalam pidatonya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News