Sedikitnya 103 orang tewas dan 235 lainnya terluka dalam serangan di Sabtu siang. Taliban mengaku bertanggung jawab atas penyerangan yang terjadi di dekat kompleks diplomatik tersebut.
Akibat serangan tersebut, kepanikan melanda ibu kota. Para korban juga langsung memenuhi rumah sakit di pusat kota.
"Siaga tinggi ditetapkan di ibu kota dan Presiden mengumumkan hari berkabung nasional hari ini," ucap petugas keamanan, seperti dilansir dari laman AFP, Minggu 28 Januari 2019.
Bendera setengah tiang dikibarkan di di Istana Kepresidenan.
Serangan ini dinilai salah satu yang terburuk yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, pada hari ini, Kabul terlihat sepi, namun masyarakat tetap melakukan aktivitasnya dengan normal.
Sebaliknya, pos pemeriksaan keamanan ditingkatkan penjagaannya, terutama di jalanan dekat lokasi ledakan. Mereka bersiap untuk kemungkinan terjadinya penyerangan lebih lanjut.
Sebuah peringatan keamanan yang dikeluarkan pada hari ini mengatakan bahwa kelompok Islamic State (ISIS) berencana menyerang toko swalayan dan toko di Kabul yang sering dikunjungi orang asing.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo hingga saat ini masih dalam rencana untuk mengunjungi ibu kota Afghanistan tersebut dalam rangka kunjungan kerja. Padahal, banyak yang menyarankannya untuk menunda kunjungannya.
"Presiden Jokowi hari ini ke Cox's Bazar, tempat pengungsi Rohingya dan besok akan tetap ke Afghanistan, walau banyak yang menyarankan untuk menunda kunjungannya karena adanya ledakan bom di Kabul," ujar Menteri Sekretaris Negara Pramono Anung, yang dikutip Medcom.id pada akun Twitter @pramonoanung.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir juga menuturkan Presiden Jokowi akan tetap melakukan perjalanan ke Kabul, ibu kota Afghanistan. Menurutnya, jadwal yang ada masih sesuai dengan rencana awal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News