Di antaranya menembakkan laser untuk mengganggu penglihatan pilot, penyadapan melalui balon udara dan manuver kapal Tiongkok saat berpapasan dengan kapal berbendera negara lain.
Hal ini sebagaimana diutarakan Peneliti Senior Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) AB Solissa. Ia menilai Tiongkok menjadi "biang kerok" ketegangan antarnegara di dunia.
AB Solissa menyerukan agar Indonesia mengambil peran dalam mencegah ketegangan tersebut agar tidak semakin memburuk. Pasalnya, Indonesia juga menjadi korban dari kesewenang-wenangan pihak Tiongkok.
Ia mencontohkan aksi kapal Tiongkok yang beberapa kali mengklaim kawasan Natuna sebagai milik mereka. Kemudian kapal-kapal nelayan Tiongkok acapkali melakukan ilegal fishing di perairan Indonesia tersebut dengan pengawalan ketat kapal perang People's Liberation Army/PLA atau tentara nasional Tiongkok.
“Indonesia yang dianggap ‘little brother’ saja seringkali diganggu,” ujar AB Solissa dalam keterangannya, Kamis, 20 April 2023.
Perbuatan sewenang-wenang Tiongkok, lanjut AB Solissa, jelas menunjukkan perangai dan tabiat buruk mereka. AB Solissa meyakini tabiat buruk itu dapat menghancurkan kedamaian serta keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara di dunia.
Selain Indonesia, Australia juga dinilai menjadi korban kesewenang-wenangan Tiongkok. Maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas diklaim mendapat gangguan komunikasi dari pihak Tiongkok.
Gangguan semacam itu terjadi saat pesawat melintasi Samudera Pasifik serta Laut China Selatan. Selain itu ada pesawat yang mengalami gangguan GPS yang diduga kuat ulah kapal perang Beijing yang beroperasi di sekitar barat laut Australia.
International Federation of Air Line Pilots Associations (IFALPA) mengeluarkan buletin keselamatan terkait upaya pengalihan jalur penerbangan oleh Beijing. Para pilot diminta waspada saat melintasi kawasan Samudera Pasifik, Laut China Selatan, Samudera Hinda dan Laut Filipina.
AB Solissa menambahkan, Tiongkok menggandeng sejumlah negara tertentu seperti Kamboja menjadi basis pertahanan dan kekuatan melalui kerjasama investasi. Kamboja tengah membangun pusat pertahanan udara dan jaringan radar di Taman Nasional Ream yang berdekatan dengan Pangkalan Angkatan Laut Ream, yang mayoritas dikerjakan oleh Tiongkok.
Dari berbagai laporan, pembangunan tersebut masuk dalam kesepakatan rahasia antara Tiongkok dengan Kamboja yang diteken pada 2019. Gambar satelit Pangkalan Angkatan Laut Ream menunjukkan perkembangan yang cukup besar setelah pekerjaan perluasan yang didanai oleh Tiongkok dimulai pada pertengahan 2022.
Selain dua dermaga, Tiongkok juga dilaporkan sedang membangun dry dock, slipway, rumah sakit dan beberapa bangunan lainnya di Kamboja.
CENTRIS menilai sangat wajar banyak pihak yang mensinyalir militer Tiongkok tidak bergerak sendiri. Militer Tiongkok diyakini bukan pihak satu-satunya yang bertanggung jawab atas timbulnya konfrontasi dengan negara-negara dunia.
Mayoritas menilai pemimpin-pemimpin utama Beijing yang dikontrol oleh Partai Komunis China dengan sengaja memaksakan negaranya untuk berperang.
“Logika sederhananya, tidak mungkin militer Beijing berani melakukan tindakan konfrontasi jika tidak diperintah atau setidaknya mendapatkan restu Xi Jinping dan Partai Komunis China,” ujar AB Solissa.
Yang sangat disayangkannya, sesal AB Solissa, Beijing hingga saat ini tidak melakukan apa pun untuk meredakan ketegangan antara Tiongkok dengan negara-negara dunia. Mereka tidak melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait agar ketegangan cepat mereda.
“Menutup dirinya dan semakin beraninya militer Tiongkok bukan tidak mungkin adalah pertanda Beijing siap berkonfrontasi alias berperang dengan negara mana pun di dunia,” tegas AB Solissa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News