Muncul di program CBS Face the Nation, Minggu, Zarif mengatakan Iran menimbang banyak program aksi kalau Presiden Donald Trump dan pemerintahannya menindaklanjuti janji kampanye untuk mundur dari Rencana Aksi Komisi Bersama (JCPOA), yang juga dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.
"Kami telah menempatkan sejumlah opsi untuk diri kami sendiri, dan opsi-opsi itu sudah siap," kata Zarif.
"Termasuk opsi yang akan melibatkan kembali pada kecepatan yang jauh lebih besar dari aktivitas nuklir kami," katanya, seperti dilansir UPI, Senin 23 April 2018.
Zarif menghabiskan dua tahun bekerja dengan pemerintahan mantan Presiden Barack Obama untuk mendirikan JCPOA, yang memberikan sanksi bertahap kepada Iran, sebagai imbalan atas bukti bahwa negara itu akan membongkar situs nuklirnya.
Prancis, Jerman, Inggris, Tiongkok, Rusia, dan Uni Eropa juga menandatangani JCPOA dan Presiden Prancis Emmanuel Macron sudah didorong untuk menghalangi Trump dari rencananya mundur dari kesepakatan pada 12 Mei.
Pada Januari, Trump mengatakan dia memperpanjang sanksi bantuan kepada Iran untuk terakhir kalinya. Seraya menambahkan kesepakatan "memberi Iran terlalu banyak dalam imbalan terlalu sedikit. Rezeki keuangan sangat besar yang diterima rezim Iran karena kesepakatan, akses ke lebih banyak dari USD100 miliar, termasuk USD1,8 miliar dalam bentuk tunai, belum digunakan untuk memperbaiki kehidupan rakyat Iran."
Zarif berkata Iran tidak memiliki rencana mengakhiri kesepakatan. Tapi akan menggunakan sejumlah opsinya, termasuk melanjutkan program nuklirnya, jika Amerika Serikat menindaklanjuti rencana mundur.
"Kami tidak akan menjadi yang pertama melanggar perjanjian itu, tetapi mereka pasti harus tahu bahwa mereka akan menyesal jika mereka melanggarnya," katanya.
Zarif menambahkan bahwa 'sangat tidak mungkin' Iran akan menyusun versi kesepakatan nuklir dengan bangsa Eropa dan negara lain jika AS mundur.
"Penting bagi Iran untuk menerima manfaat dari perjanjian tersebut, dan tidak ada cara bahwa Iran akan melakukan implementasi perjanjian hanya satu sisi," katanya.
"Dan itu akan membutuhkan upaya besar karena sekarang, dengan AS hanya seolah-olah dalam perjanjian, banyak yang kurang dalam hal Iran diuntungkan dari kesepakatan itu," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News