Sejumlah lembaga kemanusiaan tidak berhasil masuk ke Aleppo sejak rezim Presiden Bashar al-Assad melancarkan serangan besar-besaran di distrik yang dikuasai pemberontak pada September. Menurut laporan, terakhir kalinya persediaan makanan dalam jumlah signifikan berhasil masuk ke Aleppo pada Juli.
Jan Egeland, penasihat kemanusiaan PBB utusan khusus untuk Suriah, mengaku belum pernah melihat "politisasi dan manipulasi" seputar bantuan kemanusiaan seperti yang terjadi di Aleppo.
"Konsekuensi tidak adanya bantuan dan pasokan darurat akan berujung bencana. Bahkan saya tidak bisa membayangkan skenario seperti itu," katanya kepada awak media seperti dilansir Time, Kamis (10/11/2016).
Egeland mendesak Rusia, para pejuang pemerintah, dan oposisi Suriah mengizinkan pasokan medis dan makanan ke daerah-daerah yang terkepung. Warga sakit dan terluka di Aleppo juga harus diberikan akses keluar kota. Musim dingin sudah tiba, dan Egeland mengatakan "tidak diragukan lagi akan menjadi musim dingin terburuk dalam perang yang kejam ini."
Baca: Tim Kemanusiaan Indonesia Masih Sulit Tembus Aleppo
Dia menyebut empat poin inisiatif PBB telah disampaikan kepada semua pihak pekan lalu. Diharapkan keempat poin itu dapat mengakhiri situasi buruk di Aleppo saat ini.
"Saya rasa tidak ada yang mau melihat seperempat juta orang kelaparan di Aleppo timur," katanya. "Saya rasa tidak ada orang yang ingin melihat begitu banyak warga sipil mati kehabisan darah di timur dan barat Aleppo akibat perang ini," sambung Egeland.
Terkait peran Amerika Serikat (AS) di Suriah dan presiden terpilih Donald Trump, Egeland mengatakan: apa yang dibutuhkan sekarang adalah "tidak campur tangan, kepastian janji" dari AS.
Angka terbaru menunjukkan lebih dari 500.000 orang di Suriah tewas sejak konflik meletus pada 2011. Sedangkan PBB mengatakan, setidaknya 13,5 juta orang dari 20 juta penduduk Suriah membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Anak-anak di Aleppo terancam kelaparan. (Foto: Reuters)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News