Perjanjian yang dicapai pada 2015 itu dirancang untuk mencegah Teheran memiliki kemampuan membangun senjata nuklir.
"Jika kita mencapai tujuan-tujuan kesepakatan itu dalam kerja sama dengan para anggota lainnya di perjanjian itu, kita akan pegang teguh (kesepakatan)," kata dia dilansir dari Reuters, Rabu, 9 Mei 2018.
Rouhani menilai, keputusan Amerika keluar dari kesepakatan itu menandakan negeri Paman Sam meremehkan komitmennya pada sebuah perjanjian internasional. Untuk itu, Iran akan membuka perundingan dengan negara-negara Eropa, China dan Rusia.
"Jika pada akhirnya dalam masa singkat ini kita menyimpulkan bahwa kita bisa memetik keuntungan penuh dari JCPOA dalam kerja sama dengan semua negara, (kita akan tetap mengikuti) kesepakatan," tambah dia.
JCPOA atau Rencana Aksi Komprehensif Bersama adalah nama yang dibuat untuk kesepakatan nuklir.
(Baca juga: Prancis Akui Perjanjian Nuklir Iran Memang Tidak Sempurna)
Perjanjian itu dicapai pada 2015 antara Iran, lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa dan Jerman. Kelima anggota permanen Dewan Keamanan adalah Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris dan Prancis.
Rouhani mengatakan bahwa Iran siap melanjutkan kegiatan nuklirnya setelah berkonsultasi dengan kekuatan-kekuatan dunia lainnya yang menjadi anggota perjanjian tersebut.
Keputusan Trump disambut baik oleh sekutu-sekutu utama Washington di Timur Tengah, yaitu Israel dan Arab Saudi, yang keduanya merupakan musuh Iran.
Berdasarkan kesepakatan, Iran harus mengekang kegiatan nuklirnya sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi yang dikenakan pada negara itu.
Trump mengatakan ia akan kembali menerapkan sanksi terhadap Iran segera. Keputusannya itu telah menyebabkan tekanan terhadap sekutu-sekutunya di Eropa, yang merupakan pendukung utama kesepakatan dan enggan bergabung dengan Amerika Serikat untuk menjalankan kembali sanksi-sanksi terhadap Iran.
(Baca juga: AS Tarik Diri dari Kesepakatan Nuklir Iran)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News