medcom.id, Sanaa: PBB memperingatkan bahwa 17 juta orang Yaman berada dalam ancaman kelaparan kecuali jika dunia mengirimkan bantuan kemanusiaan yang mendesak.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengeluarkan seruan untuk bertindak, pada Selasa 25 April, di sebuah konferensi bantuan yang diadakan di Jenewa di mana negara-negara donor menjanjikan hampir USD1,1 miliar.
Namun PBB mengatakan bahwa jumlahnya separuh dari apa yang dibutuhkan demi memerangi apa yang disebutnya "krisis kelaparan terbesar di dunia".
Lebih dari dua juta anak menderita kekurangan gizi akut di Yaman. Pekerja bantuan mengatakan hampir setengah dari mereka menderita gizi buruk akut yang merupakan kondisi yang mengancam jiwa.
Guterres menyebutkan bahwa rata-rata, satu anak di bawah usia lima tahun meninggal, karena penyebab yang dapat dicegah setiap 10 menit.
"Ini berarti 50 anak di Yaman akan meninggal dalam konferensi hari ini -- dan semua kematian itu bisa dicegah," katanya, seperti dinukil dari AFP, Rabu 26 April 2017.
"Kondisi keuangan kami buruk," kata Fatema Ali Yahya, ibu dari anak yang kekurangan gizi.
"Hanya kadang-kadang kami memiliki cukup uang untuk membeli makanan. Jika salah seorang dari tujuh anak saya jatuh sakit, saya tidak bisa membawa mereka ke rumah sakit karena kami tidak punya uang untuk pengobatan," ujarnya.
Yaman menjadi salah satu negara termiskin di kawasan ini, dan konflik yang terus berlanjut antara pasukan pemerintah dan pejuang Houthi telah memperburuk keadaan.
"Akibat perang, suami saya tidak bekerja lagi," kata Um Salem, warga kota Hodeida, Yaman.
"Dia tidak bisa pergi ke laut untuk memancing. Semua orang menganggur. Kami menderita kekurangan makanan," sebutnya.
Lansia juga menderita
Malnutrisi mempengaruhi semua bagian rentan warga Yaman, termasuk penyandang disabilitas dan orang tua.
"Sudah satu setengah tahun sejak kami menghadapi kesulitan mendapatkan cukup makanan bagi diri kami dan keluarga kami, kami mendapatkan sedikit makanan hanya untuk bertahan hidup dan terkadang kami tetap lapar," kata Taha al-Nahari, penduduk Hodeidah yang kurang gizi.
Warga juga sekarat dengan penyakit yang tidak dapat dicegah lantaran dinas kesehatan telah ambruk di sebagian besar bagian.
Berbicara kepada Al Jazeera dari Sanaa, Shabia Mantoo, juru bicara badan pengungsi PBB UNHCR, mengatakan tidak akan ada akhir krisis kemanusiaan tanpa solusi politik di Yaman.
"Kesalahan dan penyebab penderitaan adalah konflik," katanya. "Itulah yang perlu dipecahkan demi menghentikan krisis kemanusiaan," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News