Hal tersebut menjadikan harga BBM di Zimbabwe sebagai yang termahal di dunia.
Sejak melakukan tur luar negeri sejak beberapa waktu lalu, Mnangagwa terus mendapat tekanan untuk segera pulang menangani kekacauan di Zimbabwe. Dalam lawatannya, Mnangagwa sempat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sejumlah grup hak asasi manusia menyebut belasan orang tewas dan ratusan lainnya ditangkap polisi dalam kericuhan yang terjadi selama berhari-hari di Harare dan Bulawayo. Sejauh ini, kepolisian Zimbabwe baru mengonfirmasi tiga kematian.
Baca: Lima Orang Tewas dalam Kerusuhan BBM di Zimbabwe
Dalam tulisan di Twitter, Mnangagwa tidak menyebutkan mengenai aksi kekerasan di Zimbabwe. Namun dia mengatakan tidak akan menghadiri Forum Ekonomi di Davos "karena situasi perekonomian."
"Prioritas pertama adalah menjadikan Zimbabwe kembali tenang, stabil dan kondusif seperti biasa," tulis Mnangagwa, seperti disitat dari laman Sky News, Minggu 20 Januari 2019.
Dalam sebuah peringatan langsung kepada para pengunjuk rasa, juru bicara presiden, George Charamba, mengatakan bahwa "pemerintah tidak akan tinggal diam melihat kekacauan yang sedang terjadi saat ini."
Pasukan keamanan Zimbabwe dinilai sejumlah pihak terlalu berlebihan dalam merespons unjuk rasa. Lebih dari 600 orang telah ditangkap atas tuduhan mengganggu ketertiban umum, termasuk empat politikus dari partai oposisi MDC.
Pemerintah Zimbabwe juga memblokade akses membuka media sosial, termasuk Facebook dan Twitter, serta aplikasi pesan WhatsApp.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam cara-cara Zimbabwe dalam menangani pengunjuk rasa. Sementara MDC menilai Mnangagwa kini cenderung sama dengan Robert Mugabe, mantan presiden Zimbabwe yang memimpin secara otoriter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News