Pembakaran dilakukan dalam sebuah aksi protes taksi konvensional terhadap kehadiran transportasi berbasis aplikasi tersebut.
Korban yang bekerja untuk perusahaan Uber itu diserang di Pretoria. Uber telah membentuk sebuah tim yang nantinya akan membantu kepolisian untuk menyelidiki kasus Penyerangan tersebut, yang dilakukan "sekelompok kecil orang tak dikenal," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir ABC News.
"Tidak ada toleransi bagi siapa saja yang melakukan tindakan kekerasan,” ucap Uber. "Kita tahu bahwa aksi ini tidak merujuk pada satu industri tertentu, namun kekerasan ini merupakan salah satu bentuk intimidasi untuk menghentikan transportasi berbasis online, seperti Uber," lanjut dia.
Uber juga melaporkan intimidasi yang terjadi pada sejumlah pengemudinya di stasiun Gautrain. Perusahaan tersebut juga "menambah sistem keamanan" di sekitar stasiun kereta api, dan telah bertemu kepolisian dan Menteri Transportasi untuk membahas persoalan ini.
Sejumlah pengemudi taksi konvensional di beberapa negara lain juga melancarkan protes serupa, terkadang dengan menggunakan kekerasan terhadap sopir online. Sebagian besar alasan yang diucapkan adalah ketidakadilan dalam persaingan mendapatkan penumpang.
Protes para pengemudi taksi konvensional sempat berlangsung di sekitar Bandara Internasional Johannesburg yang memicu kemacetan panjang.
Pengemudi Uber dan perusahaan berbasis aplikasi lain, Taxify, berencana membuat petisi di dunia maya kepada Menteri Kepolisian Fikile Mbalula atas sejumlah intimidasi dan aksi kekerasan. (Ratu Tiara Sari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id