medcom.id, Banjul: Kandidat oposisi Adama Barrow menyerukan "sebuah Gambia baru" setelah dirinya meraih kemenangan pemilihan presiden yang menakjubkan, mengakhiri kekuasaan 22 tahun Yahya Jammeh.
Jammeh -- yang telah dituduh selama bertahun-tahun sering menekan lawan-lawannya -- mengakui kekalahan di televisi. "Gambia telah memutuskan bahwa saya harus mengambil tempat di belakang," katanya seperti dikutip AFP, Sabtu (3/12/2016).
Hasil resmi sebelumnya menunjukkan bahwa Barrow, seorang pengusaha yang tidak dikenal dalam politik sampai enam bulan silam, meraih kemenangan jajak pendapat, Kamis 30 November, dengan 45,54 persen, menyudahi sebuah capaian yang luar biasa untuk unggul.
Jammeh memperoleh 212.099 suara (36,66 persen) dan calon ketiga Mama Kandeh dengan 102.969 suara (17,80 persen), menurut Komisi Pemilihan Independen.

Pendukung Adama Barrow turun ke jalan (Foto: AFP).
Rakyat Gambia turun ke jalan merayakan kejutan terbesar di negara Afrika barat itu sejak Jammeh merebut kekuasaan dalam kudeta 1994.
Di Westfield, distrik dekat ibukota, para remaja berkerumun di atas mobil, mengambil foto narsis dan memetik gitar, sementara yang lain melambaikan bendera berwarna abu-abu lambang koalisi oposisi.
Dalam komentar pertamanya, Barrow lantas mengakui pergeseran besar bangsa itu. "Sudah waktunya untuk bekerja. Ini adalah Gambia baru," katanya.
Barrow terpilih sebagai pembawa bendera oposisi diusung sekelompok partai politik yang bergabung untuk pertama kalinya dan memenangkan dukungan rakyat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Jumlah Suara Sekitar 65 Persen
Berbicara kepada publik di televisi Gambia, Jammeh mengucapkan selamat untuk Barrow atas "kemenangan yang jelas", seraya menambahkan: "Saya berharap yang terbaik untuknya dan saya berharap yang terbaik bagi semua rakyat Gambia."
Jammeh, yang pernah berkata, ia akan memerintah selama satu miliar tahun jika Allah menghendaki, berusaha memenangkan masa jabatan kelima. Tetapi, mengatakan, hasil akhirnya adalah keputusan dari ilahi yang akan dia hormati.
"Aku tidak akan pernah mencurangi atau menyengketakan pemilu karena ini adalah yang paling transparan, bukti pemilu terlengkap di seluruh dunia," tambahnya

Adama Barrow di tengah pendukungnya (Foto: AFP).
Sistem pemilu yang unik Gambia adalah memberi suara dengan menjatuhkan kelereng ke drum berwarna. Barrow sekarang akan melayani rakyatnya dalam jangka tiga tahun sebagai kepala pemerintahan transisi reformasi di bekas koloni kecil Inggris yang menempati sepotong tanah sempit dikelilingi oleh bangsa berbahasa Prancis, Senegal. Jammeh memiliki waktu 60 hari buat meletakkan jabatan, menurut konstitusi Gambia.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengirim ucapan selamat kepada Barrow dan memuji pesan yang disampaikan Jammeh kepada presiden terpilih.
Badan regional ECOWAS, PBB, dan Uni Afrika semuanya menyatakan "pemilihan presiden yang bebas, adil, dan transparan", dan Jammeh secara "anggun mengaku kalah."
Tidak ada pengamat internasional hadir memantau pemilu, yang berjalan lancar. Sebuah tim diplomatik hanya mengawasi beberapa lokasi secara terbatas.
Sebuah sumber keamanan Senegal mengkonfirmasikan kepada AFP di Dakar bahwa Gambia telah menutup perbatasannya selama pemilu.
Semasa berkuasa, Jammeh selamat dari beberapa upaya untuk menyingkirkan dirinya dari kursi kepresidenan. Sebanyak 60 persen penduduk hidup dalam kemiskinan di Gambia, dan sepertiga populasi hidup dengan USD1,25 atau kurang setiap hari, menurut PBB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News