Serangan terjadi saat pasukan pro Suriah diperkirakan hendak memasuki Afrin yang sedang dipenuhi pasukan Turki.
Dikuasai pemberontak sejak 2012, Ghouta Timur menjadi benteng terakhir oposisi di sekitar Damaskus. Presiden Bashar al-Assad telah mengirim banyak bala bantuan ke Ghouta Timur dalam beberapa pekan terakhir.
Saat Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam apa yang terjadi di Ghouta Timur, rentetan serangan udara, roket, serta artileri terus memberondong beberapa titik di wilayah tersebut.
Grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) melaporkan sedikitnya 20 anak-anak termasuk dalam deretan 100 korban tewas di Ghouta Timur. Serangan juga melukai sekitar 300 orang lainnya.
"Rezim Suriah membombardir Ghouta Timur untuk membuka jalan bagi pasukan darat," kata Kepala SOHR Rami Abdel Rahman, seperti dikutip Telegraph, Selasa 20 Februari 2018.
Sementara itu oposisi utama Suriah bernama Koalisi Nasional mengecam "pemusnahan" di Ghouta Timur dan juga "bungkamnya dunia internasional" mengenai kekejaman yang terjadi di sana.
Dalam sebuah pernyataan, pihaknya juga menuduh Rusia berupaya "mengubur proses politik" untuk solusi konflik. Rusia adalah negara sekutu Suriah yang terlibat dalam konflik di negara tersebut sejak 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News