"Saat ini Malawi sedang berada di jalur kemajuan," kata Mutharika, 78, kepada ribuan pendukungnya dari Partai Progresif Demokratik (DPP) di Blantyre, disiarkan dari laman Eyewitness News, Selasa 21 Mei 2019.
Upaya Mutharika untuk menuju ke periode kedua difokuskan pada masalah ekonomi. Ia juga mencoba menggalang dukungan dengan memamerkan prestasinya dalam meningkatkan kualitas infrastruktur jalan raya dan kelistrikan di seantero negeri.
Di bawah Mutharika, inflasi Malawi turun dari 23 persen ke sembilan persen. Meski begitu, listrik di Malawi saat ini baru dinikmati sekitar 11 persen dari total populasi.
Pemilu Malawi ini merupakan kali pertama sejak aturan terbaru memaksa semua partai politik mendeklarasikan jumlah dan sumber donasi dari pihak manapun. Aturan terbaru juga melarang praktik membagikan uang tunai yang selama ini banyak dilakukan kandidat presiden atau anggota parlemen.
Kurangnya pasokan makanan dan listrik serta membengkaknya utang luar negeri telah melukai popularitas Muthrika menjelang pemilu. Dia mendapat perlawanan ketat dari Chakwera, pemimpin utama oposisi dari Partai Kongres Malawi (MCP).
Menjelang pemilu, Chakwera mengatakan kepada AFP bahwa dirinya optimistis dapat keluar sebagai pemenang. Lawan lainnya Mutharika, Chilima, keluar dari partai penguasa tahun lalu untuk membentuk Gerakan Transformasi Bersatu, namun dengan tetap berada di posisi wapres.
Di bawah konstitusi Malawi, seorang presiden tidak dapat memecat wakilnya. Chilima, 46, berusaha menarik perhatian pemuda. Saat kampanye, ia sempat melakukan push-up untuk menunjukkan dirinya masih muda dan prima.
Sekitar separuh atau lebih dari 6,8 juta pemilih terdaftar di Malawi berusia di bawah 35 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News