Seperti dikutip dari AFP, Sabtu 5 Oktober 2019, total angka tersebut termasuk 18 kematian yang tercatat di sebuah rumah sakit di ibu kota Baghdad.
Komisi HAM Irak tidak secara spesifik menyebutkan ada berapa warga sipil atau aparat keamanan yang tewas dalam bentrokan. Dengan lebih dari 1.600 terluka, diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah.
Angka kematian terbaru dinilai sejumlah pihak merupakan indikasi meningkatnya penggunaan kekerasan oleh petugas terhadap pengunjuk rasa yang tak bersenjata.
Jumat kemarin, petugas dikabarkan menembaki para pedemo anti-pemerintah di Baghdad pusat. Penembakan tersebut menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai puluhan lainnya.
Penembakan terjadi beberapa jam usai seorang ulama ternama Syiah memperingatkan kedua kubu untuk menanan diri "sebelum semuanya terlambat."
Baik demonstran maupun pemerintah sama-sama tidak memperlihatkan tanda-tanda menahan diri sepanjang empat hari terakhir. Gelombang protes ini merupakan tantangan paling serius bagi pemerintah Irak usai kalahnya kelompok militan Islamic State (ISIS) pada 2017.
Gelombang protes di Irak dimulai Selasa 1 Oktober, yang sebagian besar diikuti pemuda dan berlangsung relatif damai. Mereka menuntut lapangan pekerjaan, perbaikan layanan publik serta pemberantasan korupsi di jajaran pemerintah.
Namun selang beberapa waktu, aksi protes berubah menjadi bentrokan antara pedemo dan petugas. Pemerintah Irak sempat memutus akses internet demi meredam ajakan berdemonstrasi yang disebarkan via media sosial.
Tidak hanya itu, pemerintah Irak juga memberlakukan jam malam di wilayah ibu kota. Namun para pedemo mengabaikan hal tersebut dan berkumpul di Lapangan Tahrir pada Kamis malam.
Setelah salat Jumat kemarin, jumlah pengunjuk rasa bertambah menjadi lebih dari 1.000 orang. Pasukan keamanan melepaskan tembakan peringatan di pinggir jalan demi mencegah orang-orang mendatangi Lapangan Tahrir.
Menurut keterangan sejumlah saksi mata dan juga staf keamanan serta medis, polisi memukul dua orang di bagian kepala hingga tewas. Media milik militer Irak juga melaporkan adanya dua polisi dan dua warga tewas terkena tembakan dari penembak jitu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan Irak untuk segera menginvestigasi penggunaan kekerasan oleh polisi terhadap demonstran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News