Dalam sebuah pidato di televisi pada Jumat 3 Januari, Haftar mengumukan "seruan mengangkat senjata dan mobilisasi massa untuk melindungi tanah dan kehormatan kita."
Dikutip dari Press TV, Sabtu 4 Januari 2020. Haftar mendorong "semua warga Libya, pria dan wanita, prajurit atau warga sipil," untuk ikut berperang menghadapi pasukan Turki.
Pasukan Nasional Libya (LNA) yang dikuasai Haftar telah melancarkan operasi penyerangan pada April lalu untuk menguasai Tripoli. LNA didukung Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Prancis, Rusia dan Turki.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, serangan LNA sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 200 warga sipil dan membuat 146 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.
Sementara pemerintahan resmi Libya (GNA) yang dijalankan Perdana Menteri Fayez al-Serraj berusaha mencari dukungan Turki untuk melawan pasukan Haftar. November lalu, ia menandatangani perjaniian kerja sama militer dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Dalam perjanjian itu, Ankara sepakat mengirim pasukan untuk mendujung GNA dalam memerangi Haftar di Libya timur.
Erdogan sebelumnya pernah mengatakan akan mempertimbangkan mengirim pasukan ke Libya, namun hanya jika diminta oleh Serraj.
Hingga saat ini belum diketahui kapan Turki akan mengirim pasukan ke Libya, begitu juga dengan berapa jumlah personel militer yang akan dikirim. Namun Ankara diketahui telah memasok sejumlah kendaraan lapis baja kepada GNA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News