Menurut data terbaru Kementerian Dalam Negeri Irak, dilansir dari laman AFP, jumlah korban tewas dalam bentrokan sejauh ini mencapai 104 orang, termasuk delapan anggota pasukan keamanan.
Belum diketahui apakah delapan kematian tersebut merupakan bagian dari total korban tewas versi Kemendagri Irak.
Sejumlah saksi mata menyebut para demonstran di beberapa titik di distrik Sadr, Baghdad, membakar ban dan menyalakan kembang api saat bentrok dengan polisi. Suara tembakan senjata api juga terdengar dari area tersebut.
Selain menelan lebih dari 100 jiwa, bentrokan di Baghdad dan beberapa kota lainnya melukai lebih dari 6.000 orang.
Intensitas protes yang berlangsung sejak Selasa 1 Oktober terus meningkat meski Pemerintah Irak telah memutus akses internet dan memberlakukan jam malam.
Sebagian besar tuntutan demonstran adalah penyediaan lapangan pekerjaan, perbaikan layanan publik serta pemberantasan korupsi di jajaran pemerintah.
Sabtu 5 Oktober, Komisi Hak Asasi Manusia Irak mengatakan bahwa sebagian besar korban tewas berada di Baghdad. Terdapat pula ratusan orang yang dirawat di sejumlah rumah sakit di ibu kota usai terkena tembakan dari penembak jitu.
"Kami meminta klarifikasi dari Pemerintah Irak mengenai mereka yang terluka akibat terkena tembakan penembak jitu," ujar Komisi HAM Irak.
Ribuan pedemo juga membanjiri beberapa gedung pemerintah di kota Diwaniyah dan Nasiriyah. Petugas keamanan sempat menembakkan tembakan peringatan ke udara untuk membubarkan massa.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi menilai desakan pengunjuk rasa agar pemerintah serius memberantas korupsi adalah tindakan yang "tepat." Ia meyakinkan demonstran bahwa aspirasi mereka semua telah didengar dan akan segera ditindaklanjuti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News