Lavrov juga menyerukan sebuah proses politik, yang merupakan bagian penting dari proses Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
"Bersama Tiongkok, kami akan terus mengupayakan pendekatan yang masuk akan dan tidak emosional seperti ketika anak-anak TK bertengkar dan tidak ada yang bisa menghentikan mereka," kata Lavrov, dikutip dari BBC, Senin 25 September 2017.
Kim sempat menyebut Trump adalah presiden gila dan manula. Pernyataan itu dikeluarkan Kim setelah Trump membuat pidato yang menyinggung Korut di Sidang Majelis Umum PBB di New York, Rabu 20 September kemarin.
Bahkan, Kim mengancam bahwa Trump harus membayar mahal atas apa yang sudah diucapkannya di depan ratusan delegasi di PBB.
Mendengar ucapan Kim, Trump merespons melalui media sosial twitter dengan menyebut Kim sebagai 'orang sinting'.
Dalam pidatonya di depan Sidang Umum PBB, Trump mengancam akan menghancurkan total Korut jika negeri itu terus mengancam Amerika dan sekutunya. Trump menyebut Kim sebagai "manusia roket".
Lavrov mengatakan, saat ini diperlukan rehat sejenak untuk mendinginkan kepala yang panas menyusul serangkaian uji coba rudal balistik Korut selama beberapa bulan terakhir.
"Mmemang tidak bisa diterima menyaksikan petualangan nuklir militer Korut dengan diam, tapi juga tidak bisa diterima memicu perang di Semenanjung Korea," tutur Lavrov.
Lavrov pun menyerukan agar segera dibentuknya proses pembicaraan perdamaian antara AS dan Korut untuk keamanan Semenanjung Korea.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News