Wanita dan anak-anak mereka yang kekurangan gizi mengantre untuk mendapatkan layanan kesehatan di Mogadishu, Somalia, 11 April 2017. (Foto: AFP/MOHAMED ABDIWAHAB)
Wanita dan anak-anak mereka yang kekurangan gizi mengantre untuk mendapatkan layanan kesehatan di Mogadishu, Somalia, 11 April 2017. (Foto: AFP/MOHAMED ABDIWAHAB)

PBB: Wabah Diare Bunuh 500 Orang di Somalia Sejak Januari

Willy Haryono • 13 April 2017 19:12
medcom.id, New York: Kolera dan diare akut telah membunuh lebih dari 500 orang dan membuat puluhan ribu lainnya menderita di beberapa wilayah dilanda kekeringan di Somalia sejak Januari 2017, ucap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis 13 April 2017. 
 
WHO mengatakan epidemi kolera dan diare telah menjangkiti lebih dari 25 ribu warga Somalia. Agensi PBB itu mengingatkan angkanya dapat meningkat dua kali lipat pada akhir Juni mendatang.
 
Total kematian akibat wabah di Somalia sejak Januari, menurut data WHO, adalah 524. Sementara agensi kemanusiaan PBB, OCHA, menempatkannya di angka 533. 

Seperti dikutip AFP, tingkat rata-rata kematian akibat wabah ini berada di angka 2,1 persen -- lebih dari garis batas darurat sebesar 1 persen. 
 
Juru bicara OCHA, Jens Laerke, mengatakan bahwa situasi saat ini sangat mengkhawatirkan, terutama di Juba Tengah dan Bakool dengan tingkat kematian melonjak hingga 14,1 persen dan 5,1 persen. 
 
Wabah kolera dan diare muncul di Somalia, negara Horn of Africa dengan populasi 12 juta jiwa, di tengah ancaman kelaparan akibat kekeringan dan konflik bersenjata.
 
Berpacu dengan Waktu
 
Menurut data PBB, sedikitnya 260 ribu orang meninggal dunia akibat kelaparan di Somalia pada 2011 -- separuh dari mereka adalah anak-anak di bawah usia lima. 
 
Saat ini ada 6,2 juta orang yang membutuhkan bantuan darurat di Somalia, termasuk 2,9 uta yang menghadapi "krisis darurat pangan." Itu artinya mereka berada di level tiga atau empat dari skala lima. Angka lima adalah musibah kelaparan. 
 
Laerke menyebut kekeringan di Afrika belum akan berakhir dalam waktu dekat. Ia menyerukan komunitas global untuk menggalang dana yang ditargetkan PBB sebesar USD4,4 miliar. Jika bantuan terlambat disalurkan, PBB khawatir musibah yang sama seperti 2011 akan terulang.
 
"Kita sedang berpacu (dengan waktu), dan saya tidak tahu siapa yang akan menang," sebut Laerke.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan