Grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights mengatakan serangan di kota Khan Sheikhun, provinsi Idlib, membuat puluhan orang mengalami masalah pernapasan dan gejala lain, termasuk muntah, pingsan dan mulut berbusa.
Seorang koresponden AFP melaporkan sebuah rumah sakit di Khan Sheikhun yang sedang merawat korban serangan gas beracun juga terkena serangan. Pintu masuk rumah sakit roboh dan menimpa beberapa staf medis.
Laporan terjadinya serangan gas muncul di awal konferensi konflik Suriah yang digelar Uni Eropa serta Perserikatan Bangsa-Bangsa di Brussels, Belgia.
Sejumlah foto yang dirilis aktivis memperlihatkan relawan menyiramkan air ke para korban. Sedikitnya dua pria terlihat tergeletak dengan busa putih di mulut mereka. Provinsi Idlib sebagian besar dikuasai aliansi oposisi, termasuk mantan grup terafiliasi al-Qaeda, Fateh al-Sham Front.
Observatory mengatakan sebelas anak-anak berada di antara 58 korban tewas di Khan Sheikhun. Sekitar 160 orang terluka dalam serangan tersebut, beberapa di antara mereka tetap berada dalam kondisi kritis meski sudah dirawat di rumah sakit.

Belum dapat dipastikan apa zat kimia dalam serangan ini. Observatory juga belum mengetahui siapa pihak yang melancarkan serangan terbaru, apakah Suriah atau sekutunya, Rusia.
Pemerintah Suriah secara resmi bergabung dengan Konvensi Senjata Kimia dan menyerahkan semua senjata kimianya pada 2013. Itu merupakan bagian dari sebuah perjanjian agar Amerika Serikat (AS) tidak melancarkan serangan di Suriah.
Namun sejumlah laporan penggunaan bahan kimia oleh rezim Presiden Bashar al-Assad muncul dari waktu ke waktu. PBB menuduh rezim Assad melancarkan sedikitnya tiga serangan kimia pada 2014 dan 2015.
Pemerintah Suriah membantah menggunakan senjata kimia, dan menuduh justru oposisilah yang memiliki persenjataan seperti itu.
Lebih dari 320 ribu orang tewas di Suriah sejak konflik meletus pada Maret 2011, yang berawal dari sebuah unjuk rasa damai menentang pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News