"Semua teroris telah meninggalkan Douma, markas terakhir mereka di Ghouta Timur," tulis kantor berita SANA, mengutip ucapan juru bicara militer Suriah.
"Ghouta Timur telah benar-benar dibersihkan dari terorisme," lanjut dia, seperti disitat AFP.
Menurut keterangan grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), sedikitnya 1.700 warga sipil tewas dalam operasi pemerintah Suriah di Ghouta Timur yang dimulai pada 18 Februari.
Deklarasi kemenangan di Ghouta Timur dilakukan di hari yang sama terjadinya serangan koalisi Barat ke Damaskus dan area sekitarnya. Koalisi Barat yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris dan Prancis menuduh Suriah berada di balik serangan kimia di Douma pada 7 April.
Meski hanya satu kali menyerang, AS menegaskan serangan lanjutan bisa saja dilakukan jika Suriah tetap menggunakan gas beracun terhadap rakyatnya sendiri. Hal ini disampaikan Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Nikki Haley yang mengaku telah berdiskusi dengan Presiden Donald Trump.
Baca: AS Buka Kemungkinan Lancarkan Serangan Susulan ke Suriah
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan serangan terpaksa dilakukan karena saluran diplomasi di PBB mengenai Suriah selalu dihalangi hak veto dari Rusia.
Setelah melancarkan serangan ke Damaskus, AS dan sekutunya kembali ke jalur diplomasi dan menyebarkan kerangka resolusi terbaru di DK PBB.
Kerangka resolusi ini berisi seruan investigasi independen di Douma serta adanya penyaluran bantuan kemanusiaan dan gencatan senjata. Selain itu, Suriah juga didesak untuk ikut dalam dialog damai yang dimediasi PBB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News