"Sejauh ini, kami telah menemukan 30 jenazah, yang terdiri dari 12 perempuan, 11 anak-anak dan tujuh pria," kata Wali Kota Ingongo, Simon Mbo Wemba, kepada sejumlah media termasuk AFP, Minggu 26 Mei 2019.
Ia menambahkan terdapat lebih dari 350 penumpang yang menaiki kapal tersebut. Korban selamat dari kecelakaan yang terjadi pada Sabtu 25 Mei itu terhitung hanya berjumlah 183.
"Jumlah korban masih mungkin bertambah," ujar Wemba, yang mengaku sulit mengetahui jumlah pasti penumpang di kapal tersebut.
Kapal adalah salah satu moda transportasi utama di RD Kongo yang memiliki banyak sungai dan danau. Kecelakaan kapal sering terjadi di negara tersebut, yang sebagian besarnya diakibatkan kelebihan penumpang atau muatan barang.
Jumlah korban tewas biasanya tinggi karena sejumlah kapal di RD Kongo tidak menghadirkan jaket pelampung, dan juga karena banyak warga RD Kongo yang kurang mahir berenang.
Bulan lalu, sedikitnya 167 orang tewas dalam dua kecelakaan transportasi. Presiden Felix Tshisekedi kemudian memerintahkan agar semua kapal penumpang dilengkapi alat-alat keselamatan.
September 2018, 27 orang dilaporkan tewas usai kapal mereka tenggelam. Insiden serupa juga terjadi pada April, Mei dan Juli tahun lalu, dengan jumlah korban tewas masing-masing 40, 50 dan 26.
Negara terbesar di Sub-Sahara Afrika, RD Kongo mengalami berbagai masalah lokal, dan di beberapa wilayah terpencil, fungsi pengawasan dari pemerintah pusat relatif lemah.
Baca: Kapal Tenggelam di Kongo, 15 Tewas
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News