medcom.id, Washington: Kongres Amerika Serikat (AS) memutuskan undang-undang yang memungkinkan keluarga hampir 3.000 korban tewas dalam serangan 9/11 untuk mengajukan tuntutan hukum.
Keputusan tersebut dilakukan dengan mengesampingkan hak veto Presiden Barack Obama, yang mengatakan aturan itu menetapkan "preseden berbahaya". Lima belas dari 19 pelaku serangan 9/11 merupakan warga negara Arab Saudi. Tetapi pihak kerajaan telah membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian luar negeri Arab Saudi menyatakan: "Pengikisan kekebalan diplomatik akan memiliki dampak negatif pada semua negara, termasuk Amerika Serikat."
Sementara alasan yang dikemukakan senada dengan Obama. Sumber Kemenlu Saudi mengatakan kepada CNN, setelah pemungutan suara berlaku hukum yang menetapkan "preseden berbahaya" dan dapat menyebabkan AS membuka "situasi di mana seseorang sekonyong-konyong terkena kewajiban untuk semua pekerjaan yang kita lakukan di seluruh dunia dan tiba-tiba menemukan diri kita harus tunduk pada tuntutan hukum tertentu."
Sementara itu, para pemimpin Partai Republik di Kongres mengatakan, mereka ingin mempertimbangkan kembali aturan ini. Pemimpin mayoritas Senat Mitch McConnell mengakui bahwa anggota parlemen tidak memahami konsekuensi yang mungkin terjadi dari undang-undang tersebut.
"Semua orang menyadari siapa penerima manfaat yang potensial tapi tak seorang pun benar-benar telah terfokus pada sisi negatifnya dalam hal hubungan internasional kami," ujar McConnell.
"Ini kasus yang cukup klasik sebab penyesalan datang dari pelanggan pertama," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest, dikutip BBC, Jumat (30/9/2016).
Kepada CNN, Obama juga menyinggung bahwa pola suara di Kongres dipengaruhi oleh kekhawatiran politik. "Jika Anda dianggap bersuara menentang keluarga (korban) 9/11 tepat sebelum pemilu, tidak heran, itu menjadi suara yang sulit didengar masyarakat. Tapi itu akan menjadi hal yang benar untuk dilakukan," pungkas Obama.
Arab Saudi, sebuah kerajaan yang kaya minyak dan sekutu penting AS di Timur Tengah, telah melobi dengan segala daya atas undang-undang Keadilan terhadap Para Penyokong Tindakan Terorisme (Jasta).
Tapi lobi itu segera terhenti oleh pembahasan tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan, yang membuat Kongres kemudian membalikkan keputusan.
"Kami bersukacita dalam kemenangan ini dan berharap suatu hari kami ke pengadilan dan suatu waktu kita akhirnya bisa mendapatkan lebih banyak jawaban mengenai siapa sebenarnya di balik serangan itu," kata Terry Strada dari dewan nasional Keluarga dan Korban 9/11 Bersatu untuk Keadilan Melawan Terorisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id