Pernyataan tersebut ditulis Young dalam artikel yang berjudul 'Audrey Young: Visiting leaders show disrespect by failing to share platform with Jacinda Ardern'.
Dalam artikel tersebut, Young menilai pihak Indonesia menolak mengadakan konferensi pers gabungan. Padahal, kata Young, ketika mempersiapkan kunjungan tersebut, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru mendorong adanya konferensi pers gabungan bersama Perdana Menteri Jacinda Ardern.
"Ardern terlalu diplomatis untuk menyebut peristiwa ini sebagai penghinaan, namun itulah yang terjadi," kata Young, seperti dilansir dari artikelnya yang terbit di koran New Zealand Herald, Minggu 25 Maret 2018.
Dia menuturkan, dua pemimpin yang berbicara bersama adalah salah satu bentuk penghormatan dalam kunjungan kenegaraan. Karenanya, masih kata Young, apa yang dilakukan Presiden Jokowi dan delegasinya dianggap tak menghormati pemimpin serta negara Selandia Baru.
Tak hanya Jokowi, Young juga menuding hal serupa dilakukan PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc saat berkunjung ke Selandia Baru.
Karena hal tersebut, Young meminta agar pemerintahnya jangan terlalu 'lembek' pada negara lain. Ia juga meminta agar para pemimpin negara lain berperilaku seusai dengan protokol dan nilai-nilai dari negara yang dikunjungi.
"Hal ini tidak perlu diartikan sebagai sebuah paksaan, tetapi kewajiban, kecuali dalam keadaan yang tidak biasa," imbuh Young.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News