Menurut keterangan Kementerian Dalam Negeri Mesir, ledakan di distrik Darb al-Ahmar itu juga menewaskan pria yang sedang dikejar petugas dan melukai tiga polisi.
"Saat petugas keamanan mengepung pria tersebut dan hendak melakukan penangkapan, bahan peledak yang dibawanya meledak," ucap Kemendagri Mesir, seperti disitir dari kantor berita AFP.
Pengejaran pria tersebut adalah "bagian dari upaya Kemendagri Mesir dalam mencari pelaku" pemasangan bahan peledak di dekat masjid di Giza pada Jumat pekan kemarin. Pasukan keamanan berhasil menjinakkan bom tersebut.
Mesir telah bertahun-tahun memerangi aksi ekstremisme, yang mulai meningkat sejak presiden Mohamed Morsi tumbang pada 2013. Sebagian besar serangan di Mesir terpusat di Semenanjung Sinai, namun belakangan mulai merambah menuju ibu kota.
Desember lalu, tiga turis Vietnam dan seorang pemandu wisata lokal meninggal dunia saat bom rakitan meledak mengenai bus mereka di wilayah pinggiran Kairo.
Usai peristiwa tersebut, Mesir melancarkan operasi balasan dan mengklaim telah membunuh 40 "teroris."
Januari lalu, seorang polisi tewas saat berusaha menjinakkan sebuah bom di luar gereja Kristen Koptik di Mesir. Ledakan yang terjadi pada Sabtu 5 Januari itu juga melukai dua petugas dan satu warga.
Pasukan keamanan Mesir meluncurkan operasi anti-militan berskala besar pada Februari 2018 yang berfokus di Semenanjung Sinai. Salah satu target utama operasi ini adalah sebuah grup lokal terafiliasi kelompok militan Islamic State (ISIS).
Sabtu kemarin, sebuah serangan terhadap pos pemeriksaan militer Mesir di Sinai menewaskan atau melukai 15 prajurit. Tujuh ekstremis juga tewas dalam kejadian tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
