Ledakan dahsyat ini -- yang disebut-sebut sebagai bom bunuh diri -- adalah serangan terbaru terhadap salah satu negara anggota NATO yang dilanda serentetan aksi teror sepanjang 2016.
Dalam pernyataannya, seperti dikutip NDTV, Minggu (21/8/2016), Gubernur Gaziantep Ali Yerlikaya mengatakan 30 orang tewas dan 94 terluka dalam "serangan teror bom di pesta pernikahan" yang terjadi pada Sabtu malam.
Erdogan menyebut ISIS sama buruknya dengan grup pendukung Fethullah Gulen, ulama yang dituding sebagai dalang kudeta pada 15 Juli, dan kelompok Partai Pekerja Kurdi (PKK) yang sering melancarkan serangan di Turki.
"Negara kami hanya memiliki satu pesan terhadap mereka yang menyerang kami -- kalian semua tidak akan pernah berhasil!" tegas Erdogan.
.jpg)
Korban tewas di Gaziantep ditutupi kain putih. (Foto: AFP)
Kurdi Menjadi Target Serangan
Ledakan terjadi di distrik Sahinbey yang merupakan rumah bagi banyak warga Kurdi. Sejumlah laporan media lokal menyebut ada banyak warga Kurdi yang hadir dalam acara pernikahan tersebut.
Partai Demokratik Rakyat yang pro Kurdi mengatakan ada beberapa anggotanya hadir dalam pernikahan tersebut, yang juga dihadiri banyak wanita dan anak-anak.
Menurut Erdogan, serangan di Gaziantep bertujuan memecah-belah kesatuan antara etnis Arab, Kurdi dan Turki. Banyak ekstremis memandang Kurdi sebagai salah satu musuh utama. Selama ini, pasukan Kurdi memainkan peranan penting dalam memerangi ISIS di Suriah.
"Kami sangat berduka, tapi kekuatan persatuan kami akan mengalahkan serangan brutal ini," tutur Perdana Menteri Binali Yildirim.
Kemungkinan Serangan Bunuh Diri
.jpg)
Bendera khas Islamic State
Mehmet Erdogan, petinggi Partai Keadilan dan Perkembangan (AKP), mengaku belum dapat mengetahui pelaku penyerangan, namun kemungkinan besar tipenya adalah bom bunuh diri.
"Tujuan serangan ini adalah menakut-nakuti masyarakat, tapi kami tidak akan gentar," tegas Wakil PM Mehmet Simsek, yang juga mendukung teori bom bunuh diri.
Gaziantep terletak sekitar 60 kilometer dari perbatasan utara Suriah. Gaziantep telah menjadi salah satu kota tujuan warga Suriah yang melarikan diri dari konflik berdarah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News