Perang sipil meletus di Sudan Selatan pada 2013 setelah terjadinya perebutan kekuasaan antara Presiden Salva Kiir -- yang berasal dari etnis Dinka -- dan mantan wakil presiden Rick Machar dari komunitas Nuer.
"Semua ini pertempuran antar suku. Jadi saya rasa ini adalah genosida," kata Menteri Perkembangan Internasional Inggris Priti Patel kepada awak media di Uganda, Rabu 12 April 2017.
Patel baru pulang dari kunjungan dari Sudan Selatan. Di sana, ia menyebut banyak orang yang "mengalami trauma serta kengerian hebat yang tidak dapat kita bayangkan."
Dinka dan Nuer adalah dua grup etnis terbesar di Sudan Selatan. Keduanya dikenal sudah bermusuhan sejak lama.
Konflik antar kedua etnis juga menarik perhatian grup lainnya. Ada yang bergabung dengan kubu pemerintah, ada juga yang memilih berjuang bersama pemberontak.

Presiden Sudan Selatan Salva Kiir. (Foto: AFP)
Sejumlah pengungsi mengatakan kepada AFP bahwa ada aksi pembunuhan oleh pasukan pemerintah kepada sekelompok orang. Pasukan pemerintah memisahkan orang-orang berdasarkan bahasa dan identitas etnisnya, sebelum memutuskan untuk membunuhnya atau tidak.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan pada Desember tahun lalu bahwa "pembantaian etnis" terjadi di beberapa wilayah di Sudan Selatan.
Sementara itu Menteri Informasi Sudan Selatan Michael Makuei menyebut komentar Patel sebagai "informasi yang menyesatkan."
"Ini adalah pernyataan yang sangat disayangkan dari seorang individu tak bertanggung jawab. Tidak ada genosida. Itu semua hanya tuduhan yang dibuat-buat," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News