Ahli pertanian Indonesia bersama para petani Gambia. (Foto: Nico Adam/Kemenlu)
Ahli pertanian Indonesia bersama para petani Gambia. (Foto: Nico Adam/Kemenlu)

Revitalisasi Balai ARFTC Tingkatkan Taraf Hidup Petani Gambia

24 Juli 2016 14:14
medcom.id, Jenoi: Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Indonesia yang dipimpin Duta Besar Indonesia untuk Dakar (Senegal) Mansyur Pangeran, didampingi Widi Hardjono, Kapuslatan Kementerian Pertanian dan tim, melakukan kunjungan ke Jenoi, Gambia, guna melihat secara langsung tindak lanjut dari beberapa pelatihan pertanian yang sudah diberikan oleh Indonesia kepada masyarakat negara-negara Afrika Barat, khususnya Gambia. Kunjungan berlangsung dari 22 hingga 25 Juli 2016. 
 
Indonesia pada 14 Juli 1998 telah membangun Balai Pelatihan Pertanian Agriculture Rural Farmers Training Centre (ARFTC) di Jenoi sekitar 180 Km atau 2,5 jam perjalanan dari ibukota Banjul, Gambia. 
 
Dalam rilis yang diterima Metrotvnews.com, Minggu (24/7/2016), Menteri Pertanian Gambia Ismaila Sanyang menyambut baik kunjungan Tim Monev Indonesia. Sanyang menyatakan Balai ARFTC merupakan simbol atau landmark hubungan kerjasama Indonesia-Gambia. 

Keberadaan Balai ARFTC dengan berbagai pelatihan yang telah dilakukan telah memberikan manfaat yang besar tidak hanya untuk petani Gambia, namun juga kepada petani dari negara-negara sekitar di kawasan Afrika Barat. Hal ini karena Balai ARFTC adalah regional home untuk para petani, karenanya diharapkan dapat menjadi Center of Excellence pertanian di kawasan tersebut.
 
Kegiatan pelatihan pertanian terakhir yang diberikan Indonesia adalah pelatihan International Training Workshop on Agriculture Sector for African Countries yang dilakukan pada tanggal 21-28 Maret 2016 yang dilanjutkan dengan pelatihan berikutnya di Lembang, Jawa Barat pada tanggal 1-12 April 2016 dengan peserta dari Madagaskar, Gambia, Mozambik, Ghana, Kenya dan Ethiopia serta peserta lokal dari propinsi wilayah timur Indonesia.
 
Revitalisasi Balai ARFTC Tingkatkan Taraf Hidup Petani Gambia
Dubes Mansyur Pangeran disambut Mentan Gambia Ismaila Sanyang. (Foto: Kemenlu)
 
Selain mendirikan bangunan pusat pelatihan pertanian, bantuan Indonesia di Gambia selama ini termasuk juga pengiriman tenaga ahli dan tenaga penyuluh pertanian, pemagangan petani Gambia di Indonesia serta bantuan peralatan dan mesin pertanian. Indonesia pada tahun 2008, memberikan bantuan 12 traktor tangan untuk Gambia. 
 
Pada kunjungan kali ini, Tim Monev tidak hanya akan melakukan evaluasi terhadap program yang sudah diberikan, melainkan juga melakukan tinjauan dan pengamatan terkait rencana Indonesia merevitalisasi Balai ARFTC, antara lain dengan merenovasi bangunan yang kondisinya sudah sangat kurang layak. Karenanya dalam Tim Monev kali ini juga terdapat perwakilan dari Kementerian Pekerjaan Umum yang nantinya akan melaksanakan proyek renovasi.
 
Terkait upaya revitalisasi ARFTC, disampaikan bahwa, Pemerintah Gambia juga memiliki government procurement mechanism dan asset regulation. Khusus menyangkut izin akan menjadi tanggungjawab Pemerintah Gambia cq Kementerian Pertanian Gambia. Jika diperlukan dalam penentuan kontraktor untuk melaksanakan pembangunan bisa dilakukan bersama pihak Gambia dan Indonesia. Proses pengajuan dan lain-lain nantinya akan selalu dikomunikasikan melalui KBRI Dakar yang membawahi negara Gambia.
 
Sigit Witjaksono, Kasubdit Afrika dan Timur Tengah Direktorat Kerja Sama Teknik (KST) Kementerian Luar Negeri menyampaikan bahwa renovasi ini sudah sangat diperlukan, karena balai pelatihan pertanian ARFTC yang dibangun di atas lahan seluas 6,6 ha,  sampai saat ini telah melatih lebih dari 6.000 petani yang berasal tidak hanya dari Gambia, juga dari beberapa negara sekitar di antaranya Senegal, Mali, Niger, Sierra Leone, Guinea Bissau, dan Guinea Conakry. Di samping itu keberadaan balai ARFTC ini juga merupakan representasi dan kehadiran Indonesia di bumi Afrika Barat dan Sub Sahara. 
 
Revitalisasi Balai ARFTC Tingkatkan Taraf Hidup Petani Gambia
Balai ARFTC di Gambia. (Foto: Kemenlu)
 
Gambia adalah negara berbasis pertanian yang mencapai 70 persen, sehingga sektor pertanian menjadi penyangga sektor-sektor lainnya dalam pembangunan negara. Namun karena pertaniannya belum berkembang, maka negaranya pun juga belum begitu berkembang sejauh ini.
 
Terdapat beberapa sektor pertanian terkait yang disampaikan perlu bantuan dan potensi untuk bidang kerja sama dengan Indonesia, antara lain peningkatan produktivitas untuk beras serta value added (peningkatan nilai tambah) produk pertanian, yang mana hal ini sejalan dengan pelatihan terakhir Maret 2016, yaitu kebutuhan food processing dan teknik budidaya pertanian. Area lainnya yang diperlukan adalah peternakan dan aquaculture (perikanan laut).
 
Dalam kunjungan ke ARFTC Jenoi, Direktur Balai ARFTC Asumana Njae didampingi Dirjen Pertanian Falalo Touray, dan para alumni peserta pelatihan Gambia menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada Indonesia yang telah banyak melakukan pelatihan dan fasilitasi berkembangan dan bermanfaatnya ARFTC bagi Gambia khususnya dan juga negara tetangga pada umumnya. Hal ini karena diyakini pengetahuan dan juga keterampilan yang didapat melalui berbagai pelatihan terkait cara bercocok-tanam atau berkebun yang sederhana dan juga peningkatan nilai tambah produk pertanian, telah dirasakan sangat efektif dan berhasil dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan