"Misil yang meledak di samping pesawat adalah tipe jarak pendek. Itulah mengapa pesawat masih dapat terus terbang selama beberapa waktu," kata Komandan Dirgantara IRGC Brigadir Jenderal Amirali Hajizadeh.
"Pesawatnya baru meledak saat menghantam tanah," sambung dia, dikutip dari AFP, Sabtu 11 Januari 2020.
Hajizadeh mengatakan operator misil salah menembak karena sempat terjadi semacam "gangguan" komunikasi.
"Operator salah mengira Boeing 737 sebagai misil jelajah, dan hanya memiliki waktu 10 detik untuk memutuskan menembak atau tidak," ungkap Hajizadeh.
Iran akhirnya mengakui semua ini setelah sempat menepis klaim bahwa pesawat dengan nomor penerbangan PS752 itu "mungkin" telah terkena misil secara tak disengaja. Pengakuan disampaikan setelah Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei memerintahkan jajarannya untuk menginformasikan hasil investigasi "secara eksplisit dan jujur."
"Saat pemimpin agung menerima laporan kesalahan fatal tersebut, beliau langsung memerintahkan agar hasil investigasi disampaikan secara eksplisit dan jujur kepada semua orang," tulis laporan di kantor berita Fars.
Dalam sebuah pernyataan resmi, militer Iran mengatakan jatuhnya pesawat maskapai Ukraine International Airlines (UIA) diakibatkan "human error" atau kesalahan manusia.
Teheran menyebut pesawat dengan nomor penerbangan PS752 itu tak sengaja tertembak karena terbang dekat situs sensitif milik IRGC. Militer Iran menegaskan mereka yang bertanggung jawab atas penembakan tersebut akan diproses hukum.
Pesawat UIA PS752 ditembak jatuh di hari yang sama Iran meluncurkan belasan roket ke dua pangkalan militer Amerika Serikat di Irak.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengaku "sangat menyesal atas kesalahan fatal" terkait jatuhnya pesawat UIA. Sementara Presiden Ukraina mendesak Iran menghukum siapapun yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat UIA.
Ia juga meminta Iran membayar kompensasi dan meminta maaf secara resmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News