Benjamin Netanyahu diminta bentuk pemerintahan koalisi. Foto: AFP
Benjamin Netanyahu diminta bentuk pemerintahan koalisi. Foto: AFP

Presiden Israel Minta Netanyahu untuk Bentuk Pemerintahan

Arpan Rahman • 26 September 2019 09:14
Tel Aviv: Presiden Israel Reuven Rivlin menugaskan Benjamin Netanyahu membentuk pemerintahan koalisi. Memberi kesempatan baru kepada perdana menteri yang berkuasa itu setelah pemilu mengecewakan yang mengancam akhir karir politiknya.
 
Tawaran Rivlin tidak menjamin Netanyahu akan memimpin pemerintahan Israel berikutnya. Sebelum itu bisa terjadi, Netanyahu memiliki waktu hingga enam pekan guna membentuk koalisi mayoritas di parlemen Israel.
 
"Tanggung jawab untuk membentuk pemerintah akan diserahkan kepada perdana menteri dan pemimpin Likud Benjamin Netanyahu," kantor kepresidenan mengatakan dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Guardian, Kamis, 26 September 2019.

Dengan (parlemen) Knesset yang terpecah-belah, pemimpin berusia 69 tahun itu kini menghadapi perjuangan berat buat mendapatkan dukungan dari setidaknya 61 dari 120 anggota parlemen. Jika upayanya gagal, Rivlin bisa mengalihkan tugas itu kepada orang lain, kemungkinan besar Benny Gantz, pemimpin oposisi.
 
Skenario ini hampir terjadi pada Mei setelah Netanyahu gagal mengumpulkan koalisi menyusul hasil pemilu serupa. Tetapi alih-alih memberi oposisi kesempatan membentuk pemerintahan, ia malah mendorong untuk membubarkan Knesset, memicu pemilu ulang dan memberi dirinya kesempatan lagi. Banyak yang takut pemilu ketiga akan diserukan jika kebuntuan terjadi.
 
Presiden Israel mendorong dua partai utama untuk mengabaikan perbedaan mereka dan membentuk pemerintah persatuan karena bersama-sama mereka akan memiliki lebih dari cukup kursi untuk mayoritas. Tapi pembicaraan tampaknya macet.
 
Perdana menteri memiliki beberapa cara potensial untuk membentuk pemerintahan, tetapi banyak membutuhkan anggota parlemen dari partai lawan untuk membelot. Jalan yang paling jelas ialah mendapatkan dukungan dari Avigdor Lieberman, yang delapan kursi memberinya status sebagai penentu permainan.
 
Namun, Lieberman, seorang ultranasionalis sekuler, sudah menolak untuk duduk dalam pemerintahan dengan pelbagai partai keagamaan, yang dukungannya juga bergantung pada Netanyahu.
 
Kebebasan Netanyahu juga berpotensi dipertaruhkan. Pekan depan, sidang pra-persidangan untuk tiga kasus korupsi terhadapnya akan dimulai. Jika dia mempertahankan peran perdana menteri, dia tidak akan diminta mundur, bahkan jika didakwa. Netanyahu telah membantah semua tuduhan.
 
Komite pemilu pusat merilis penghitungan suara resmi pada Rabu dari pemungutan suara pekan lalu yang menegaskan selisih tipis antara kedua partai utama, Likud yang berkuasa dan Blue and White.
 
Blue and White unggul satu kursi, tetapi tidak ada partai yang mendapat cukup dukungan dari anggota parlemen buat membentuk koalisi mayoritas. Netanyahu, menang tipis dari Gantz ketika Rivlin meminta pekan ini semua anggota parlemen untuk mendukung seorang kandidat.
 
Ada sebuah preseden di Israel bagi lawan politik untuk bekerja sama setelah Yitzhak Shamir dan Shimon Peres bertukar peran perdana menteri pada pertengahan 1980-an, masing-masing setuju untuk menjabat dua tahun.
 
Namun sedikit optimisme Gantz dan Netanyahu dapat membentuk pemerintah persatuan, karena keduanya menuntut kursi tertinggi. Gantz, yang kampanye pemilunya berfokus menjatuhkan perdana menteri terlama Israel, juga berulang kali berjanji tidak bersekutu dengan Netanyahu selagi ia menghadapi dakwaan potensial.
 
Lebih lanjut perundingan yang semakin rumit, Netanyahu juga mencapai kesepakatan dengan partai sayap kanan dan religius yang mendukungnya guna memastikan mereka menjadi bagian dari pemerintah mendatang, sesuatu yang telah coba dihindari Gantz.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan