Serangan udara, yang mengenai sebuah sekolah tempat warga sipil berlindung pada Selasa 21 Maret 2017 malam waktu setempat, adalah kali kedua dalam sepekan. Dalam serangan pertama pun, warga Suriah menuding AS telah banyak membunuh orang yang tidak memegang senjata (non-combatant).
Sebanyak 49 orang tewas pekan lalu setelah pesawat AS menggempur target di Al Jinah, sebuah desa di provinsi Aleppo barat. Otoritas AS mengatakan serangan mengenai sebuah bangunan yang merupakan situs pertemuan agen al Qaeda.
Namun warga lokal mengatakan serangan pesawat itu mengenai sebuah masjid di mana ratusan orang sedang berkumpul dalam pertemuan keagamaan.
Militer AS mengaku sedang menyelidiki apakah ada warga sipil yang tewas dalam serangan udara tersebut.
Di Raqqa, yang merupakan markas besar ISIS di Suriah, ratusan orang dari 50 keluarga yang melarikan diri dari rumah mereka, berlindung di sekolah sekolah. Informasi itu disampaikan sejumlah warga dan grup aktivis Raqqa is Being Slaughtered Silently.
Dua serangan udara terbaru meningkatkan kekhawatiran apakah militer AS mulai kurang berhati-hati, atau kurang selektif, dalam melancarkan serangan. Presiden Donald Trump berulang kali mengatakan semasa kampanye dirinya akan melonggarkan sejumlah pembatasan dalam operasi menggempur ISIS.
Semasa pemerintahan Barack Obama, serangan udara di Suriah juga menimbulkan banyak korban jiwa dari kalangan warga sipil. Kasus paling menonjol adalah sebuah operasi tahun lalu di Manbij yang dikuasai ISIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News