Salah satu gajah tertua dan terbesar di Afrika mati ditembak panah beracun. (Foto: Tsavo Trust)
Salah satu gajah tertua dan terbesar di Afrika mati ditembak panah beracun. (Foto: Tsavo Trust)

Gajah Tertua Afrika Mati Terkena Panah Beracun

Arpan Rahman • 07 Maret 2017 17:32
medcom.id, Nairobi: Salah satu gajah tertua dan terbesar di Afrika dibunuh para pemburu di Kenya, Senin 6 Maret 2017. Kematian itu dilaporkan sebuah kelompok konservasi yang melindungi kawanan raksasa 'bergading' yang jumlahnya terus menyusut.
 
Richard Moller dari Tsavo Trust berkata bahwa gajah bernama Satao II ditemukan mati pada Senin. Ia diduga telah terkena panah beracun, walau belum 100 persen bisa dikonfirmasi.
 
"Untungnya, berkat kerja sama dengan Kenya Wildlife Service (KWS), kami berhasil menemukan bangkainya sebelum pemburu bisa mengambil gadingnya," kata Moller, seperti disitir Metro.co.uk, Selasa 7 Maret 2017.

Gajah itu, diyakini berusia sekitar 50 tahun, dicintai para pengunjung Tsavo National Park. 
 
Tidak lama setelah bangkainya terlihat dari pengamatan udara rutin, dua pemburu yang diyakini bertanggung jawab atas pembunuhan itu ditangkap.
 
Peristiwa terjadi hanya dua hari setelah seorang petugas KWS tewas dalam insiden anti-perburuan di taman. Tewasnya sang petugas menjadi pembunuhan kedua dalam waktu kurang dari satu bulan di tangan pemburu.
 
Menurut Uni Internasional Konservasi Alam (IUCN), populasi gajah Afrika telah menurun sekitar 111.000 menjadi 415.000 selama satu dekade terakhir.
 
Populasi Gajah Raksasa

 
Angka pembunuhan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Dalam setiap tahunnya, sekitar 30.000 gajah di seluruh dunia dibunuh untuk diambil gadingnya. Pembunuhan terjadi untuk memenuhi permintaan di pasar Asia bagi bahan baku produk obat tradisional atau sebagai simbol status.
 
Menurut Moller, hanya ada sekitar 25 ekor gajah raksasa jenis giant tusker yang tersisa di dunia. Nama dari jenis itu diambil karena panjang gading mereka hampir mencapai tanah. Sekitar 15 dari jenis gajah itu masih hidup di Kenya.
 
"Mereka adalah ikon, mereka merupakan kawanan duta besar bagi gajah," katanya.
 
Moller mengatakan salah satu gading Satao II sudah ditimbang dan memiliki bobot 50,8 kilogram, sementara gading satunya lagi 50,3 kg.
 
"Saya sedih sekali. Gajah jenis ini adalah salah satu yang paling mudah didekati, salah satu binatang purba yang gampang ditemukan. Banyak yang lain jauh lebih sulit untuk dilihat dan tinggal di daerah terpencil," kata Moller.
 
"Dia telah melalui banyak kesusahan dan sejumlah upaya perburuan," bubuhnya
 
Ekosistem Tsavo mencakup kawasan seluas 42.000 kilometer per segi, tantangan besar bagi penjaga KWS untuk berpatroli.
 
Kelompok konservasi Tsavo Trust membantu memantau gajah melalui pengintaian darat dan udara dengan bekerja sama dengan KWS. Moller memuji 'aksi tanggap darurat' yang berhasil menangkap dua pemburu.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan