Ilustrasi.
Ilustrasi.

Topan Dineo Amuk Mozambik Selatan, Tujuh Tewas

Arpan Rahman • 18 Februari 2017 18:31
medcom.id, Maputo: Amuk Topan Dineo menewaskan tujuh orang, melukai 55 lainnya, dan menelantarkan lebih dari 100.000 penduduk di selatan Mozambik yang babak-belur. Lembaga bencana alam membeberkan musibah itu, Jumat 17 Februari.
 
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (INGC) mengatakan, di antara 55 orang luka-luka, empat berada dalam kondisi kritis.
 
Lebih dari 650.000 orang di negara Afrika tenggara itu juga terdampak badai yang mengamuk Rabu 15 Februari malam.

Dampak Dineo terparah di Inhambane dan Vilanculos, dua daerah wisata populer di pantai tenggara Mozambik. Di sana, jumlah curah hujan mengucur 100 sampai 200 milimeter.
 
Inhambane dilanda angin lebih dari 100 kilometer per jam dan porak-poranda akibat hujan deras dan ombak laut bergolak.
 
Banyak jalan kota itu tertutupi pohon-pohon tumbang atau lumpuh karena banjir. Beberapa kawasan dibiarkan gulita tanpa listrik.
 
Menurut data yang disebarkan kepada Palang Merah Internasional oleh otoritas Mozambik, Jumat, 130.000 orang mengungsi akibat badai, sementara 22.000 rumah hancur sebagian atau seluruhnya.
 
Badai juga merusak 49 rumah sakit dan pusat kesehatan serta 105 sekolah dan bangunan umum.
 
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengirim tim darurat dan bahan bantuan ke daerah-daerah, khususnya demi menangkal risiko kesehatan yang serius.
 
"Pengungsian penduduk, gangguan pelayanan kesehatan yang terkait dengan banjir, dan pencemaran air menghadirkan risiko kesehatan masyarakat yang serius hingga perlu ditangani dengan cepat," kata Jamie Lesueur, koordinator Palang Merah untuk Afsel, seperti dikutip Seychelles News Agency dari laporan AFP, Sabtu 18 Februari 2017.
 
Mozambik, salah satu negara termiskin di dunia, sering hancur-lebur oleh banjir yang mematikan dan topan badai.
 
Pada 2000, air bah menewaskan sedikitnya 800 jiwa, dan lebih dari 100 tewas pada 2015. Sejumlah korban telah meninggal pada musim hujan kali ini, yang dimulai pada Oktober.
 
Dineo pun mereda lantas berganti rupa menjadi depresi tropis, pada Kamis 16 Februari, dan berubah nama sebagai "bekas Dineo".
 
Badan Cuaca Afrika Selatan (SAWS) memperingatkan bahwa badai masih mengguyurkan ancaman hujan deras dan banjir di saat menuju pedalaman ke Afsel, Zimbabwe, dan Botswana, pada Jumat.
 
SAWS mengeluarkan peringatan bahaya untuk provinsi Mpumalanga dan Limpopo, di utara dan timur laut Afsel, yang berisiko hujan lebat dan banjir parah.
 
Taman Nasional Kruger, tujuan utama safari negeri itu, terhalang jalan kerikil dan beberapa kamp disapu badai. Tidak ada kerusakan besar dilaporkan, pada Jumat malam.
 
"Di semua negara ini, penduduk sangat rentan karena dilanda dua tahun kekeringan, kekurangan pangan, dan hilangnya mata pencaharian mereka," kata Lesueur.
 
"Ini segala sumber keprihatinan hidup," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan