Anak-anak ini adalah korban merangkaknya sistem kesehatan akibat konflik berkepanjangan yang terjadi di Yaman selama dua tahun terakhir.
Dilansir AFP, Jumat (16/12/2016), setidaknya 462.000 anak menderita kekurangan gizi. Penyebabnya adalah pasokan makanan terhambat akibat perang antara pemerintah yang didukung Arab Saudi dengan pemberontak Syiah.
Kasus kelaparan di Provinsi Saada, markas pemberontak utara Yaman, menduduki peringkat tertinggi di dunia, di mana delapan dari sepuluh anak menderita gangguan kesehatan.
"Kasus gizi buruk di Yaman adalah yang tertinggi dalam sejarah dan masih terus meningkat," kata Meritxell Relano, perwakilan UNICEF untuk Yaman.
Setidaknya satu anak meninggal setiap 10 menit di Yaman akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Apalagi juga diperparah gangguan pencernaan (diare) dan pernapasan, yang kerap menyertai kondisi kurang gizi.
"Kondisi kesehatan anak-anak di negara termiskin di Timur Tengah tidak pernah sekacau seperti saat ini," lanjutnya.
Selain itu, penyakit seperti kolera dan campak pun telah menyebar. Sementara, hanya sedikit fasilitas kesehatan yang berfungsi. Wabah tersebut dengan cepat memperburuk kondisi anak-anak.
Tahun ini, UNICEF memberikan perawatan kepada 215.000 anak yang menderita gizi buruk akut dan menyediakan suplemen vitamin kepada lebih dari empat juta anak di bawah lima tahun. Namun, operasi bantuan tersebut masih terhalang ketersediaan dana dan keterbatasan akses ke daerah konflik.
"Kami meminta pihak yang berkonflik memberikan akses tanpa hambatan kepada anak-anak di seluruh penjuru negeri, sehingga kami dapat memberikan pasokan nutrisi, menolong anak yang menderita kelaparan dan gizi buruk, serta mendukung pelayanan kesehatan Yaman," ungkap Relano.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News