Indonesia sendiri pernah mengalami masa kejayaan pada 1982 setelah berhasil berswasembada beras. Peringkat ekonomi Indonesia saat ini pun ada di peringkat ke-3 se-Asia dan ke-16 di dunia dengan GDP USD940 miliar. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara berpenduduk terbesar ke-4 di dunia dan masuk menjadi anggota G20.
Kunjungan Dubes Mansyur ini dinilai tepat karena Saint Louis adalah wilayah di mana Presiden Senegal Macky Sall menitikberatkan program swasembada provinsi ini 70 persen dari total target produksi nasional atau sebesar 1,4 juta ton per tahunnya.
Dikutip dari keterangan tertulis KBRI Dakar kepada Metrotvnews.com, Senin 3 April 2017, Komisi Nasional Pembangunan Senegal berharap Indonesia dapat membagikan pengalamannya karena Senegal ingin mencapai swasembada pangan pada 2017 ini.
Komisi Nasional Pembangunan Senegal lewat Direktur Jenderal Samba Kante juga berkeinginan untuk mengunjungi Indonesia dengan tujuan mencari peluang kerja sama dengan pihak terkait dan pengadaan alat-alat pertanian.

"Kiranya Pemerintah Indonesia dapat menyediakan skema perdanaan pihak ketiga untuk pembelian alat-alat pertanian tersebut," ucap Kante.
Upaya ini disambut baik Dubes Mansyur di mana ia mengatakan, prestasi Indonesia di bidang ini harus bisa menginspirasi Senegal dalam mencapai swasembada pangan.
Dubes Mansyur juga mengunjungi Universitas Gaston Berger, salah satu universitas terbaik di Senegal, dalam rangka memperkuat penjajakan kerja sama di bidang pertanian.
"Saya harap para mahasiswa lulusan UGB dapat memanfaatkan beasiswa yang ditawarkan Indonesia untuk program budaya dan bahasa selama satu tahun dan juga Pasca Sarjana di Indonesia selama dua tahun," ungkap Dubes Mansyur.
Saint Louis termasuk provinsi yang terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2000 karena karakteristik arsitektur kolonialnya yang unik. Saint Louis juga pernah menjadi ibu kota Senegal pada 1872 hingga 1957 dan memainkan peran penting dalam bidang ekonomi dan budaya bagi Afrika Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News