Rendahnya tingkat partisipasi warga dalam pemilu kali ini merupakan pukulan telak terhadap kaum elite pemerintah Irak, yang berusaha memperbaiki citra mereka terkait korupsi.
Penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum Irak mencatat tingkat partisipasi warga dalam pemilu kali ini adalah 44,5 persen -- terendah dalam pemilihan tingkat nasional manapun sejak invasi Amerika Serikat.
Proses penghitungan total suara, untuk menentukan politikus dari partai mana saja yang akan menduduki 329 kursi di parlemen, diprediksi menghabiskan waktu hingga beberapa hari ke depan.
"Kebijakan pemerintah dalam 15 tahun terakhir sudah tidak dapat meyakinkan pemilih," ujar Amir al-Saadi, profesor ilmu politik dari Universitas Baghdad, kepada AFP.
Perdana Menteri Haider al-Abadi -- yang berkuasa di Irak saat ISIS berbuat kekacauan di seantero negeri pada 2014 -- berusaha memperpanjang kepemimpinannya. Ia mengklaim sebagai orang di balik kalahnya ISIS di Irak.
Namun kompetisi dalam komunitas Syiah, mayoritas dalam dunia perpolitikan Irak, akan membuat suara terhadap PM Abadi terpecah.
Siapapun nanti yang menjadi PM, akan menghadapi tugas super berat dalam membangun kembali Irak yang hancur lebur oleh ISIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News