Seorang sumber keamanan mengatakan ada empat orang bersenjata masuk ke rumah Arkan, 54, pada pukul 02.30 waktu setempat di daerah Daquq, sebelah selatan Kirkuk.
Menurutnya, ayah tiga anak itu ditikam lima kali hingga tewas, sementara keluarganya dikunci di ruangan lain.
"Empat orang bersenjata masuk dan menikam pria itu lima kali," ujar sumber tersebut, seperti dilansir dari laman AFP, Senin 30 Oktober 2017.
Pasukan keamanan Irak yang didukung paramiliter Hashed al-Shaabi merebut Kirkuk dari Kurdi pada pertengahan Oktober. Perebutan wilayah terjadi usai referendum kemerdekaan Kurdi, yang dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap Baghdad.
Media Kurdi menuduh Hashed sebagai aliansi milisi Syiah yang melakukan kampanye pembalasan terhadap warga sipil Kurdi.
Sementara itu pada Minggu kemarin, Barzani mengumumkan pengunduran dirinya. Barzani menyatakan bahwa dia tak akan melanjutkan jabatannya sebagai pemimpin Kurdi dan akan mengakhirinya pada Rabu mendatang.
"Saya menolak meneruskan posisi sebagai Presiden Kurdistan setelah 1 November mendatang. Saya akan menjadi Peshmerga (pasukan Kurdi) bersama orang-orang yang berani dan berjiwa pahlawan," ujar Barzani.
Dalam pidato tersebut dia menyebutkan tak ada satu pihak pun di luar wilayah Kurdi yang mendukung mereka untuk menentukan nasib sendiri.
Pidato Barzani disampaikan lewat televisi usai parlemen Kurdi Irak menyetujui permintaannya untuk tidak memperpanjang masa jabatan. Hal ini juga terjadi setelah referendum kemerdekaan yang diperjuangkannya menjadi bumerang dan malah memicu pembalasan militer serta ekonomi terhadap kurdi.
Masih dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa suara Kurdi untuk mendorong kemerdekaan telah menciptakan sejarah dan tidak dapat dihapus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News